MAKALAH
PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN
BIJI JAGUNG
DI SUSUN OLEH :
NURUL HANDAYANI
KELAS : X. IPA.3
SMA NEGERI 1 PUJUT
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat iman dan islam kepada kita semua sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya
hingga akhir zaman.
Makalah yang berjudul “Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan biji Jagung” yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas sekolah.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik itu dari segi
penyajian maupun dari segi penyusunannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun dan perbaikan
penyusunan makalah ini atau laporan-laporan lainnya yang akan datang. Semoga
makalah ini bermanfaat, khusus bagi penulis dan umumnya bagi semua pembaca.
Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tanaman Jagung
2.1.1 Deskripsi
2.1.2 Keanekaragaman
2.1.3 Kandungan
Gizi
2.1.4 Pemanfaatan
2.2 Media Tanam
2.2.1 Media
Tanam Tanah Liat
2.2.2 Media
Tanam Pasir
2.2.3 Media
Tanam Kapas
2.3 Kajian dan Hasil Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel dan Definisi
Operasional Variabel
3.1.1 Variabel
Bebas
3.1.2 Variabel
Kontrol
3.1.3 Variabel
Terikat
3.2 Rancangan Penelitian
3.3 Instrumen Penelitian
3.3.1 Alat
3.3.2 Bahan
3.4 Sasaran Penelitian
3.4.1 Populasi
3.4.2 Sampel
3.5 Prosedur Pelaksanaan
Penelitian
3.6 Jadwal Penelitian
3.6.1 Waktu
Penelitian
3.6.2 Tempat
Penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Data
4.2 Pengujian Hipotesis
4.3 Pembahasan
4.3.1 Data
Hasil Penelitian
4.3.2 Grafik
Pertumbuhan
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan
suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam
biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan
fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda
ini dikenal sebagai kecambah.
Bagod Sudjadi (2006) memberikan penjelasan
tentang perkecambahan, yaitu:
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio
dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal
menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang
terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula.
Istamar Syamsuri (2004) memberikan penjelasan
tentang perkecambahan, yaitu:
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan
perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil
dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula
tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang
menjadi akar.
Salisbury (1985) memberikan penjelasan tentang
perkecambahan, yaitu:
Perkecambahan merupakan sustu proses dimana
radikula (akar embrionik) memanjang ke luar menembus kulit biji. Di balik
gejala morfologi dengan pemunculan radikula tersebut, terjadi proses
fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan
fisiologis.
Menurut para tokoh:
Perkecambahan biji merupakan bentuk awal embrio
yang berkembang menjadi sesuatu yang baru yaitu tanaman anakan yang sempurna
menurut Baker, 1950. Sedangkan, menurut Kramer dan Kozlowski, 1979,
perkecambahan biji adalah proses tumbuhnya embrio atau keluarnya redicle dan
plumulae dari kulit biji.
Dalam perkecambahan biji selalu mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Arti dari pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
sangatlah beda. Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume karena adanya
penambahan substansi (bahan dasar) yang bersifat irreversible (tidak dapat
kembali dalam keadaan semula). Sedangkan perkembangan adalah proses menuju
tercapainya kedewasaan yang tidak dapat diukur dan bersifat kualitatif.
Pertumbuhan dalam suatu perkecambaan biji dapat langsung diukur apabila
tunasnya sudah keluar dan tumbuh.
Pertumbuhan dan perkembangan biji akan selalu
berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dibedakan
menjadi 2 yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan yang terdiri atas faktor intrasel
(di dalam sel) yang meliputi gen, dan faktor intersel (sela-sela sel) yang
meliputi hormon. Yang kedua adalah faktor yang berasal dari luar tubuh tumbuhan
atau faktor eksternal yang mencakup cahaya/sinar
matahari, suhu/temperature,kelembaban udara, nutrisi, kadar air, oksigen
atau karbondioksida, pH atau derajat keasaman, kepadatan populasi, dan
media tanam tumbuhan.
Media tanam merupakan salah satu faktor
yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan media
tanam yang tepat akan menentukan pertumbuhan bibit yang ditanam. Tidak hanya
kegunaannya saja tapi pengaruhnya terhadap perkecambahan suatu biji. Pengaruh
tersebut dapat disebabkan karena setiap media tanam mengandung unsur-unsur dan
struktur yang berbeda-beda.
Media tanam merupakan media/tempat dimana
tanaman/biji dapat tumbuh dan berkembang di dalamnya. Contohnya seperti tanah,
air, kapas, pasir, dan sejenis lainnya. Saat ini, di kehidupan sehari-hari atau
dalam perkebunan, tanah selalu menjadi media tanam bagi benih yang akan
ditanam. Tapi, dalam kegiatan penelitian, siswa-siswi selalu memakai kapas
untuk perkecambahan biji mereka, sedangkan media tanam yang menggunakan air
biasanya dikhususkan untuk tumbuhan hidroponik. Media tanam itu
berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan semua tanaman termasuk
pertumbuhan tanaman Jagung.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas
dapat dirumuskan beberapa permasalahan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah
pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam tanah liat?
1.2.2 Bagaimanakah
pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam pasir?
1.2.3 Bagaimanakah
pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam kapas?
1.3 Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1.3.1 Memaparkan
hasil penelitian pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam tanah
liat.
1.3.2 Memaparkan
hasil penelitian pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam pasir.
1.3.3 Memaparkan
hasil penelitian pertumbuhan tanaman jagung yang menggunakan media tanam kapas.
1.4 Manfaat
Penelitian
Sebagai sumber informasi bagi
sebagian orang yang belum mengetahui pengaruh media tanam bagi tumbuhan jagung.
Sebagai sumber informasi dalam pengembangan
teknologi pertanian, dan juga untuk memberiinformasi pembaca atau petani
tentang ciri-ciri media tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung.
BAB II
LANDASAN TEORI
3.1 Tanaman
Jagung
3.1.1 Deskripsi
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu
siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus
merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan
generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi.
Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas
yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan
anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga
betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah
dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat
mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada
tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang
bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat,
sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat
mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset.
Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang
jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya
memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar
dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut.
Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae.
Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini
berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina
yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga
memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada
jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan
tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk
sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol.
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu
tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki
sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari
satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan
jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga
betinanya (protandri).
Taksonomi jagung adalah :
Kingdom
: Plantae
(tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophita (tumbuhan berbiji)
Sub diviso : Angiospermae (biji tertutup)
Classis : Monocotyledone (keping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceal
Genus : Zea
Species : Zea Mays L
Divisio : Spermatophita (tumbuhan berbiji)
Sub diviso : Angiospermae (biji tertutup)
Classis : Monocotyledone (keping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceal
Genus : Zea
Species : Zea Mays L
3.1.2 Keanekaragaman
Jagung dikelompokkan berdasarkan tipe bulir.
Kiri atas adalah jagung gigi-kuda, di kiri latar depan adalah podcorn, sisanya
adalah jagung tipe mutiara. Jagung yang dibudidayakan memiliki sifat bulir/biji
yang bermacam-macam. Di dunia terdapat enam kelompok kultivar jagung yang
dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang membentuk
bulirnya :
1. Indentata
(Dent, "gigi-kuda")
2. Indurata
(Flint, "mutiara")
3. Saccharata
(Sweet, "manis")
4. Everta
(Popcorn, "berondong")
5. Amylacea
(Flour corn, "tepung")
6. Glutinosa
(Sticky corn, "ketan")
7. Tunicata
(Podcorn, merupakan kultivar yang paling primitif dan anggota subspesies yang
berbeda dari jagung budidaya lainnya)
Dipandang dari bagaimana suatu kultivar
("varietas") jagung dibuat dikenal berbagai tipe kultivar:
1. Galur murni,
merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih
2. Komposit,
dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk
keseragaman dan sifat-sifat unggul
3. Sintetik,
dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya
gabung umum) dan seragam
4. Hibrida,
merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur
yang diketahui menghasilkan efek heterosis.
Warna bulir jagung ditentukan oleh warna
endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron), mulai dari putih, kuning, jingga,
merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman. Satu tongkol jagung
dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena setiap
bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.
3.1.3 Kandungan
Gizi
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian
besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari
seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa
campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau
seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh
pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan
pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi
mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah
:
•
Kalori
: 355 Kalori
• Protein : 9,2 gr
• Lemak : 3,9 gr
• Karbohidrat : 73,7 gr
• Kalsium : 10 mg
• Fosfor : 256 mg
• Ferrum : 2,4 mg
• Vitamin A : 510 SI
• Vitamin B1 : 0,38 mg
• Air : 12 gr
• Protein : 9,2 gr
• Lemak : 3,9 gr
• Karbohidrat : 73,7 gr
• Kalsium : 10 mg
• Fosfor : 256 mg
• Ferrum : 2,4 mg
• Vitamin A : 510 SI
• Vitamin B1 : 0,38 mg
• Air : 12 gr
Dan bagian yang dapat dimakan 90 %. Untuk
ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih
rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak.
3.1.4 Pemanfaatan
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku
pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Lebih
dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran
pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah mencampur
polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap
dipasarkan.
3.2 Media
Tanam
3.2.1 Media
Tanam Tanah Liat
Tanah liat merupakan jenis tanah yang
bertekstur paling halus dan lengket atau berlumpur. Karakteristik dari tanah
liat adalah memiliki pori-pori berukuran kecil (pori-pori mikro) yang lebih
banyak daripada pori-pori yang berukuran besar (pori-pori makro) sehingga
memiliki kemampuan mengikat air yang cukup kuat. Pori-pori mikro adalah
pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori makro
adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang.
Ruang dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan
sirkulasi air atau udara menjadi lamban.
Pada dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur
hara sehingga perlu dikombinasikan dengan bahan-bahan lain yang kaya akan unsur
hara. Penggunaan tanah liat yang dikombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti
pasir dan humus sangat cocok dijadikan sebagai media penyemaian, cangkok, dan
bonsai.
3.2.2 Media
Tanam Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam
alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai
dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan
bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering
akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup
umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat
akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam
pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi
serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan jenis
pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar
(pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses
penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses pemisahan) pasir
sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin. Dengan demikian,
media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. Hal
tersebut yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara
tunggal.
Penggunaan pasir sebagai media tanam sering
dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil,
batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.
Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari
daerah yang
bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk gunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).
bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk gunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).
3.2.3 Media
Tanam Kapas
Kapas memiliki struktur yang
lembut, dan juga memiliki daya serap air yang rendah. Sehingga, media tanam
dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, dan juga memiliki persediaan air
dalam jangka waktu yang lama.
3.3 Kajian
dan Hasil Penelitian
Setiap media tanam selalu memiliki daya
intermolekul (tenaga listrik pada molekul-molekul media tumbuh) yang
berbeda-beda. Apabila, molekul-molekulnya rapat maka air akan sulit diresap
oleh biji tersebut. Sedangkan, apabila molekul-molekulnya renggang maka air
akan mudah diresap oleh biji tersebut. Jadi, daya intermolekul itu berbanding terbalik
dengan kecepatan penyerapan air. Sehingga, perkecambahan dapat terpengaruh oleh
daya intermolekul suatu media tanam.
Selanjutnya, setiap media tanam
selalu memiliki tekstur yang berbeda-beda. Apabila, media tanam tersebut
bertekstur pasir maka media itu mudah untuk diolah, media jenis ini memiliki
aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas
permukaan komulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat
rendah dan media tersebut lebih cepat kering. Yang kemudian, kecambah biji akan
sulit bertumbuh karena kekurangan air.
Tidak hanya tekstur dan daya intermolekul yang
dapat mempengaruhi perkecambahan, tetapi juga kandungan-kandungan unsur yang
ada dalam media tanam tersebut. Kandungan unsur-unsur itu ada yang dapat
mempercepat pertumbuhan dan juga memperhambat pertumbuhan. Tapi, kebanyakan
unsur-unsurnya dapat membantu biji dalam perkecambahan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
6.1 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel
Variabel merupakan faktor yang
berpengaruh dan memiliki nilai (ukuran tertentu) serta dapat berubah atau
diubah. Oleh karena itu, variabel sering disebut faktor ubah atau faktor
penentu. Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini ada 3 macam, yaitu sebagai
berikut :
6.1.1 Variabel
Bebas
Faktor yang dibuat beda.
Media tanam
untuk perkecambahan biji jagung :
- Media
Tanam Tanah Liat
- Media
Tanam Pasir
- Media
Tanam Kapas
6.1.2 Variabel
Kontrol
Faktor yang dibuat sama :
- Jenis
biji jagung
- Air
- Tempat
untuk media tanam (gelas plastik)
- Waktu
penelitian
6.1.3 Variabel
Terikat / Respon
Variabel terikat atau respon merupakan
faktor yang di amati. Faktor yang di amati pada penelitian ini adalah kecepatan
tumbuh perkecambahan biji jagung.
Dalam sebuah penelitian, tidak hanya variabel
yang ditentukan tetapi operasional variabel juga. Operasional variabel ini
berguna sebagai penjelasan bagaimana variabel tersebut diukur atau dibedakan.
Operasional variabel yang dijelaskan dalam penelitian ini ada 2 macam, yakni:
·
Operasional variabel bebas
Media tanam
untuk perkecambahan dibedakan dengan cara melihat struktur / tingkat resapan
air media tersebut pada tiap tempat.
·
Operasional variabel terikat / respon
Kecepatan
perkecambahan diukur dengan melihat tinggi kecambah tersebut dalam per hari.
6.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menggambarkan bagaimana
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini, rancangannya adalah sebagai berikut :
·
Kelompok 1
: Perlakuan
disimpan di media tanah liat
·
Kelompok 2
: Perlakuan
disimpan di media pasir
·
Kelompok 3
: Perlakuan
disimpan di media kapas
Keterangan:
Tiap kelompok
terdiri dari 8 biji Jagung, dan masing-masing ditempatkan dalam gelas plastik
yang terpisah.
6.3 Instrumen
Penelitian
6.3.1 Alat
- 3
buah gelas plastik
- Alat
siram
- Alat
tulis
- Penggaris
- Skrop
- Stopwatch/jam
6.3.2 Bahan
- 24
biji jagung
- Tanah
liat
- Pasir
- Kapas
- Air
6.4 Sasaran
Penelitian
6.4.1 Populasi
Populasi adalah seluruh kelompok objek
penelitian atau kelompok subjek di mana kesimpulan akan digeneralisasikan.
Dalam penelitian ini, populasi adalah semua jenis biji jagung.
6.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian anggota populasi yang
mewakili populasi. Pada penelitian ini, jenis biji jagung yang dipakai adalah
biji Jagung Manis (sweet corn). Jadi, jumlah sampel penelitian adalah 3 x 8
biji Jagung Manis (sweet corn).
6.5 Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Berikut ini adalah prosedur penelitian pengaruh
media tanam untuk biji jagung terhadap kecepatan perkecambahan.
1. Rendam biji jagung dengan air selama
lebih kurang 24 jam.
2. Siapkan alat-alat dan bahan yang
diperlukan.
3. Masukkan tanah ke gelas plastik 1,
pasir ke gelas plastik ke 2, dan kapas ke gelas plastik 3, volume dari
ketiganya harus berjumlah sama, lebih kurang ¼ bagian.
4. Masukan air ke dalam tiga gelas pada
setiap media tanam dengan volume yang sama.
5. Tanam 8 biji jagung ke dalam setiap
gelas plastik yang berisi tanah, pasir, dan kapas.
6. Amati perkecambahan biji dengan
interval 24 jam atau sehari sekali.
7. Catat hasil pengamatan ke dalam tabel
pengamatan.
6.6 Waktu
dan Tempat Penelitian
6.6.1 Waktu
Penelitian perkecambahan jagung ini dilaksanakan pada 25
Oktober 2018 sampai dengan 1 November 2018.
6.6.2 Tempat
Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di rumah
peneliti.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1 Deskripsi
Data
Dalam setiap media tanam, terdapat
daya intermolekul :
· Merupakan
tenaga listrik pada molekul-molekul tanah / media tumbuh (makin rapat
molekul-molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji).
· Berbanding
terbalik dengan kecepatan penyerapan air.
Hal ini menyebabkan biji jagung akan sulit
untuk berkecambah di media tanah.
Juga, terdapat tekstur yang berbeda-beda :
1. Tanah
bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi
(ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas
permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat
rendah atau tanahnya lebih cepat kering.
Tabel perbandingan hara yang terdapat dalam
jenis tekstur tanah :
Jenis Tekstur
|
P
|
K
|
Ca
|
Fe2O3
|
MgO
|
Pasir
|
0,08
|
2,53
|
2,92
|
5,19
|
1,02
|
Debu
|
0,10
|
3,44
|
6,58
|
9,42
|
2,22
|
Tanah
Liat
|
0,20
|
4,20
|
5,73
|
17,10
|
1,77
|
2. Tekstur
tanah sangat berpengaruh pada proses pemupukan, terutama jika pupuk diberikan
lewat tanah, pemupukan pada tanah bertekstur pasir tentunya berbeda dengan
tanah bertekstur lempung atau liat, tanah bertekstur pasir memerlukan pupuk
lebih besar karena unsur hara yang tersedia pada tanah berpasir lebih rendah.
Disamping itu aplikasi pemupukan juga berbeda karena pada tanah berpasir pupuk
tidak bisa diberikan sekaligus karena akan segera hilang terbawa air atau
menguap.
3. Sedangkan,
kapas memiliki struktur yang lembut, dan juga memiliki daya serap air yang
rendah. Sehingga, media tanam dengan kapas dapat terjaga kelembabannya, dan
juga memiliki persediaan air dalam jangka waktu yang lama.
2. Pembahasan
Setelah diteliti, ternyata perkecambahan biji
jagung lebih cepat di media pasir. Alasannya:
· Daya
intermolekul yang dimiliki oleh tanah liat kecil. Molekul-molekulnya yang rapat
dapat membuat air sulit diserap oleh biji, tetapi tanah liat yang digunakan
peneliti mengandung unsur hara yang dapat membantu percepatan pertumbuhan
kecambah.
· Kapas
memiliki molekul-molekul yang renggang sehingga biji jagung dapat menyerap air
dengan mudah, tetapi di karenakan kapas yang peneliti gunakan merupakan kapas
yang teksturnya berserat, maka menghambat ruang gerak pertumbuhan akar
kecambah, yang menyebabkan pertumbuhan jagung sangat lambat.
· Tanah
bertekstur pasir sangat mudah diolah, media ini memiliki aerasi (ketersediaan
rongga udara) dan drainase yang baik, memiliki luas permukaan kumulatif yang
relatif kecil, sehingga kemampuan akar kecambah menembus tanah bertekstur pasir
sangat mudah dan menyebabkan pertumbuhan kecambah sangat cepat.
Setiap media yang berbeda pasti selalu
memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap suatu perkecambahan. Karena,
setiap media tanam pasti memiliki daya intermolekul, tekstur, unsur, dan yang
lainnya berbeda-beda.
2.1 Data Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, biji dengan media pasir
lebih cepat daripada dengan media tanah liat dan media kapas. Berikut ini
adalah hasil pengukuran pertumbuhan biji jagung selama jangka waktu 5 hari.
Hari ke-
|
Tinggi Pertumbuhan Batang (dalam cm)
|
||
1
|
2
|
3
|
|
Tanah Liat
|
Pasir
|
Kapas
|
|
1
|
1,5
|
0,7
|
0
|
2
|
2,5
|
5
|
3,5
|
3
|
5
|
7,5
|
4,2
|
4
|
7,5
|
10
|
5,6
|
5
|
10
|
13
|
7
|
Rata-rata
|
5,3
|
7,24
|
4,06
|
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
15.1 Kesimpulan
Media tanam
dapat berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan biji jagung. Mulai dari daya
intermolekul, tekstur media tersebut dan lain-lain. Apabila media tanam
memiliki daya intermolekul yang kecil maka kecepatan perkecambahan juga akan
lambat dikarenakan biji sulit dalam menyerap air, sedangkan apabila daya
intermolekul besar maka sebaliknya. Dilihat dari tekstur, apabila media
tanam memiliki tekstur sangat berserat atau pori-porinya sangat rapat seperti
kapas, maka akar akan sulit menembus atau sulit mendapat ruang gerak. Bila
menggunakan media tanam pasir, akar tanaman akan mudah mendapat ruang gerak,
mudah menembus pori-pori karena pasir mempunyai rongga udara yang baik dan
mempunyai daya serap air yang baik, sehingga perkecambahan biji jagung
mengalami pertumbuhan yang cepat.
15.2 Saran
Pembaca
disarankan dapat melanjutkan penelitian ini sebagai perbandingan untuk
penelitian yang lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan penanaman
biji jagung. Perkembangan ilmu biologi bergantung pada kepedulian kita terhadap
hal-hal baru dalam pengetahuan alam.
DAFTAR PUSTAKA
“Budidaya
Jagung Manis”. http://mitra-petani.blogspot.com/2011/09/budidaya-jagung-manis.html. Diakses pada
Sabtu, 5 November 2011.
Justice. Oren
L, Bass. Louis N. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Kartasapoetra,
Ance G. 2003. Teknologi Benih (Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum). Jakarta: Rineka Cipta.
Pratiwi, D.A,
S. Maryati, Srikini, Suharno, & Bambang S. 2007. BIOLOGI untuk SMA
Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga.
. 2006. BIOLOGI untuk SMA Kelas
XII. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Subandi dan Kusneni.
2007. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Purwokerto:
Universitas Jenderal Soedirman.
Subardi, Nuryani,
Shidiq Pramono. BIOLOGI untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Susila, A.D.
2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bogor : Departemen
Agronomi dan Holtikultura, Fakultas Pertanian IPB.
Tim Elisa. dkk. 2007. Ayo Menanam
Jagung. Bandung: PT Elisa Surya Dwitama.
LAMPIRAN I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar