MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TENTANG PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN “
DISUSUN OLEH KELOMPOK 5
1.
RENGGANIS
RATU NINGGRAT
2.
AHMAD DIRHAM
3.
BAIQ LALA
ABIANA
4.
GALUH HANUM
MUTARI
5.
DAFA
RAHADIAN
6.
TIANG ULUNG
P.H
Kelas : XI.IPS.1
Oleh :
GURU PEMBIMBING : HAMDAN, M.Pd.I
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 PRAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini yang berjudul “ Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Keaayaan ”” dapat kami
selesaikan.
Dalam
penyusunan makalah ini banyak pihak yang telah membantu kami baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami tersebut baik yang secara langsung maupun tidak langsung.
Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Kami pun
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan maupun kesalahan,
seperti kata pepatah “ tak ada gading yang tak retak “ karena kami hanya
manusia biasa yang masih perlu banyak belajar. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyusunan makalah
di masa depan yang lebih baik lagi.
Praya.
20 Januari 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B.
Rumusan Masalah
C. Keutamaan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kewajiban
Menuntut Ilmu
B. Hukum
Menuntut Ilmu
C. Kedudukan
Ulama dalam Islam
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban
Islam yang berlangsung sejak masa pemerintahan Rasulullah SAW di Madinah (abad
ke-7 M) yang dilanjutkan oleh kaum muslimin sampai masa Kekhilafahan Bani
Utsmani di Istanbul (abad ke-19 M) telah menorehkan serangkaian kejayaan dalam
berbagai bidang. Perkembangan kemajuan Islam tersebut memang diwarnai dengan
beberapa konflik antar penguasa yang tidak jarang disertai dengan pertumpahan
darah. Meskipun demikian, para penguasa Islam umumnya menaruh perhatian besar
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di wilayah kekuasaannya. Faktor
perhatian dari penguasa inilah yang membuat peradaban Islam menjadi berkembang
dengan pesat, disamping faktor pemikiran Islam yang mendukung dan memotivasi
kaum muslim untuk senantiasa melakukan penelitian dan pengembangan ilmu.
Peninggalan
pemikiran hasil pengembangan ilmu yang dilakukan oleh kaum muslim tertuang
dalam bentuk buku, karya sastra maupun artefak. Jika kita mau merujuk kepada
pemikiran dan penulisan, kita akan melihat bahwa peradaban islam telah mencapai
tingkatan yang tidak bisa dijangkau oleh barat kecuali pada periode terakhir
ini. Untuk mempelajari peradaban dan berbagai tren yang ada di masa tersebut,
maka perlu disertai dengan membahas tentang situasi negara tersebut. Damaskus
telah mencapai puncak kejayaannya sewaktu kota tersebut dijadikan ibukota
negara oleh Muawiyah, mempunyai karya nyata berupa: Masjid Agung Umayyah, dll.
Kota Kairo tumbuh pesat setelah pada tahun 973 M, seiring dengan hijrahnya
Khalifah Mu'izz Lidinillah dari Qairawan ke Mesir. Sejak saat itu, Kairo
mencapai kejayaan sebagai pusat pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Kota Baghdad
mengalami masa keemasan sebagai pusat kebudayaan dan perdagangan dunia Islam.
Begitu pula ketika khalifah dipegang oleh Al Ma'mun, seni literatur, teologi,
filosofi, matematika, dan ilmu pengetahuan. Kemajuan peradaban diikuti oleh
berbagai pusat negara seperti Sarai baru, Tabriz dan Cordova.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah awal dan masa
kejayaan islam ?
2. Apa saja kemajuan islam pada masa
kejayaan ?
3. Siapa saja tokoh islam pada masa
kejayaan ?
C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini
disusun dengan tujuan untuk
1. Mengetahui bagaimana sejarah awal
dan masa kejayaan islam ?
2. Mengetahui apa saja kemajuan islam
pada masa kejayaan ?
3. Mengetahui siapa saja tokoh islam
pada masa kejayaan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Awal Dan Masa Kejayaan
Dinasti Changtai (1227-1369 M) yang didirikan oleh putra
Jengis Khan, Changtai, merupakan cikal bakal Kerajaan Mughal di India. Karena
Babur adalah keturunan Raja Changtai. Dinasti Ilkhan (1256-1335 M) yang
didirikan oleh cucu Jengis Khan, Raja ke-7, Ghazan, juga seorang Muslim dan pada
masanya, Ilkhan mencapai kejayaan. Kemaharajan Mughal, (Mughal Baadshah atau
sebutan lainnya Mogul ) adalah sebuah kerajaan yang pada masa jayanya
memerintah Afghanistan, Balochistan, dan kebanyakan anak benua India antara
1526 dan 1858 M. Kerajaan ini didirikan oleh keturunan Mongol, Babur, pada 1526
. Kata mughal adalah versi Indo-Aryan dari Mongol . Dinasti
Mughal berdiri tegak selama kurang lebih tiga abad (1526–1858 M) di India.
Dalam kurun waktu tersebut, Islam telah memberi warna tersendiri di tengah-tengah
masyarakat yang mayoritas memeluk agama Hindu. Hingga kini, gaung kebesaran
Islam warisan Dinasti Mughal memang sudah tidak terdengar lagi. Tetapi,
lahirnya Negara Islam Pakistan tidak terlepas dari perkembangan Islam pada masa
dinasti tersebut.
Sisa-sisa kejayaan Dinasti Mughal dapat dilihat dari
bangunan-bangunan bersejarah yang masih bertahan hingga sekarang. Misalnya Taj
Mahal di Agra, makam megah yang dibangun pada masa Syah Jahan untuk mengenang
permaisurinya, Mumtaz Mahal, adalah saksi bisu kemajuan arsitektur Islam pada
masa dinasti ini. Bangunan indah yang termasuk “tujuh keajaiban dunia” ini
memang sudah usang, lusuh, dan tidak terawat. Namun, kemegahan dan keindahannya
menjadi bukti sejarah akan kokohnya peradaban Islam di India pada waktu itu.
Kehidupan seperti roda berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Demikian
halnya Dinasti Islam Mughal di India. Sebagaimana dinasti-dinasti Islam
lainnya, dinasti ini pun mengalami siklus: berdiri, berkembang, mencapai
puncak, mengalami kemunduran, lalu hancur. Itulah siklus peradaban seperti yang
dikemukakan Ibnu Khaldun, sejarawan Muslim terkemuka melalui teori Ashabiyah-nya.
Pemerintahan Kemaharajaan Mughal
didirikan oleh Zahirudin Babur pada 1526 M. Babur merupakan cucu Timur Lenk
dari pihak ayah dan cucu Jenghiz Khan dari pihak ibu. Kerajaan ini dimulai
ketika dia mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan Delhi terakhir pada pertempuran
pertama Panipat dengan bantuan Gubernur Lahore. Ia menguasai Punjab dan
meneruskan ke Delhi yang dijadikan ibukota kerajaan. Penguasa setelah Babur
adalah putranya sendiri, Nashirudin Humayun (1530-1556 M) di masa ini kondisi
kerajaan tidak stabil, karna banyak perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada 1540
terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan dari Qanauj mengakibatkan
Humayun melarikan diri ke Persia. Atas bantuan Raja Persia (Safawiyah), Humayun
kembali merebut Delhi tahun 1555 M.
Puncak kejayaan kerajaan Mughal
terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun, Akbar Khan (1556-1605 M). Sistem
Pemerintahan Akbar adalah militeristik. Akbar berhasil memperluas wilayah
sampai Kashmir dan Gujarat. Pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer.
Politik Akbar yang sangat terkenal dan berhasil menyatukan rakyatnya adalah
Sulhul Kull atau toleransi universal, yang memandang sama semua derajat. Akbar
menciptakan Din Ilahi, yang menjadikan semua agama menjadi satu demi stabilitas
antara Hindu dan Islam. Akbar mengawini putri pemuka Hindu dan melarang memakan
daging sapi.
B. Kemajuan Peradaban Islam Masa Kejayaan
Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (606-681 M) adalah pendiri Bani
Umayyah (661-750 M) dan menjabat sebagai khalifah pertama (661-681 M) dari bani
ini. Sejak pemerintahan Islam dipimpin oleh Mu’awiyyah, ibukota kekhilafahan
dipindahkan dari Madinah Al-Munawwarah ke kota Damaskus di wilayah Suriah.
Mu’awiyah lahir empat tahun menjelang Nabi Muhammad menjalankan dakwah di kota
Mekah pada tahun 610 M.
Damaskus atau Damsyik adalah ibukota Syiria (penduduk
408.774) yang terletak di bagian Syiria (Suriah) Selatan, di tepi Sungai Barada.
Kota ini sudah terkenal sejak zaman kuno dan berturut-turut sempat dikuasai
oleh bangsa Assyria dan bangsa Persia. Tahun 332 SM kota ini ditaklukkan
Iskandar Dzulkarnain. Setelah Iskandar Dzulkarnain meninggal, kota ini
diperebutkan oleh bangsa Armenia. Pada tahun 64 SM diserahkan kepada Bangsa
Romawi, di bawah kekuasaan Pompejus dan menjadi salah satu kota Decapolis.
Di bawah pemerintahan khalifah-khalifah Bani Umayyah,
Damaskus tumbuh makmur dan terkenal dengan barang-barang logam halus (yang paling
istimewa adalah pedang). Tahun 1260M, Damaskus jatuh ke tangan Mongol di bawah
pemerintahan Hulagu Khan, dikuasai Timur Lang pada abad ke-14 dan pada tahun
1516-1918M berada dibawah pemerintahan Turki Utsmani. Pada tahun 1918 M kota
ini direbut Inggris, kemudian dimasukkan dalam mandat Perancis pada tahun
1920-1941 M dan sekarang menjadi ibu kota Syria.
- Bidang Pemerintahan
Sebelum tahun 1860 M kalangan bangsawan Damaskus pada
umumnya adalah ulama ”keturunan ulama” besar abad ke-18 M yang menduduki
beberapa jabatan seperti mufti dan khatib. Mereka mengelola kekayaan wakaf dan
mendapat dukungan yang besar dari kalangan pedagang, pengrajin, jennisari, dan
mereka mengelola beberapa wilayah perkotaan.
Pada masa Khulafa’ur Rasyidin, belum ada lambing negara yang
ditetapkan secara resmi. Pada masa Umayyah, ditetapkan bendera merah sebagai
lambang negaranya. Lambang itu menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.
Pada
masa ini juga, dilakukan pendirian dana pos dengan menyediakan kuda dengan
peralatannya disepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan
bersenjata, pencetakan mata uang, dan pemunculan profesi qodhi yang
dilembagakan secara resmi pada masa Mu'awiyah bin abi Sufyan. Bahasa Arab
dijadikan bahasa resmi pada masa Abdul Malik bin Marwan. Pada masa Umar bin
Abdul Aziz pajak di peringan, kedudukan mawali, atau orang Islam bukan Arab,
disamakan kedudukannya dengan orang Arab. Umar bin Abdul Aziz juga menjalin
hubungan kembali dengan golongan Syiah, serta memberi kebebasan kepada pemeluk
agama lain untuk menjalankan ibadahnya.
- Bidang Tatakota dan
Arsitektur
Arsitektur semacam seni yang permanent pada tahun 691M,
Khalifah Abd Al-Malik membangun sebuah kubah yang megah dengan arsitektur barat
yang dikenal dengan “The Dame Of The Rock” (Gubah As-Sakharah).
Perkembangan wilayah yang sedemikian luasnya dan
perkembangan kemakmuran yang sedemikian pesatnya berakibat pada munculnya
bangunan-bangunan keagamaan dan kenegaraan. Pada mulanya menurut seni bangunan
Girik dan Bizantium. Tetapi seni ukir dan seni hias lambat laun memperoleh
corak seni yang pada masa belakangan dikenal dengan Arabesque, yakni seni Arab.
Hal itu dapat disaksikan pada Jami-Al-Umawi di Damaskus yang dibangun oleh
Khalif Walid I (705-715 M). Pembangunan panti untuk orang cacat, jalan raya,
pabrik, masjid, dan gedung-gedung pemerintah dilakukan pada masa Al-Walid bin
Abdul Malik.
- Bidang Pemerintahan
Jika seseorang merasa kesempitan tempat tinggal, ia bisa mendapatkannya yang
lebih lagi. Jika ia melihat sebuah tempat yang lebih disenangi daripada
tempatnya semula maka ia tidak kesulitan untuk pindah ke sana dari sisi manapun
yang dikehendakinya dan dari penjuru manapun yang meringankannya. Bilamana
seseorang ingin menyelamatkan diri dari musuhnya maka pasti ia menjumpai orang
yang akan melindunginya, jauh atau dekat. Jika ia kemudian mau mengganti sebuah
rumah dengan rumah yang lain atau sebuah lorong yang lain atau sebuah jalan
raya dengan jalan raya yang lain maka ia dapat dengan mudah melakukannya sesuai
dengan keadaan dan waktu. Lebih dari itu, para pedagang yang sukses,
sultan-sultan yang agung dan para penghuni terhormat di rumah-rumah selalu
menebarkan kebaikan dan kemanfaatkan kepada orang-orang yang kondisinya di
bawah mereka.
ini
dikalungi rantai dan besi, dan masing-masing ditangani oleh pawang-pawangnya.
Maka tidak aneh apabila utusan raja Romawi itu selalu dicekam rasa takjub dan
tercengang ketika menyaksikan keagungan Darul Khilafah karena memang di dunia
pada saat itu tidak ada sebuah istana pun yang menyamai istana yang dilihatnya
itu.
- Bidang Ilmu
Pengetahuan
Penduduk Baghdad dan kebanyakkan ulama, sastrawan dan filsuf sudah tak
terhitung lagi jumlahnya. Abu Bakar al Khatib dalam menggambarkan Baghdad
mengatakan: “...sampai kita lalai menyebutkan banyak hal dari kebaikan-kebaikan
yang dikhususkan Allah bagi Baghdad di hadapan seluruh dunia, Timur dan Barat.
Di antara kebaikan-kebaikan tersebut ialah akhlak-akhlak mulia, perangi-perangi
menyenangkan, air-air tawar yang melimpah, buah-buah yang banyak dan segar,
keadaan-keadaan yang indah, kecakapan dalam setiap pekerjaan dan penghimpunan
bagi setiap kebutuhan, keamanan dari munculnya bid`ah, kegembiraan terhadap
banyak ulama dan penuntut ilmu, ahli fiqh dan orang yang belajar fiqh,
tokoh-tokoh ilmu kalam, pakar-pakar ilmu hitung dan ilmu nahwu, penyair-penyair
piawai, perawi-perawi khabar, nasab dan seni sastra, berkumpulnya buah-buahan
berbagai musim di satu musim yang hal itu tak pernah ada di negeri manapun di
dunia ini kecuali di Baghdad (terutama pada musim gugur).
Pada masa al-Ma’mun ilmu pengetahuan dan kegiatan intelektual mencapai
puncaknya. Ia mendirikan Bait al-Hikmah yang menjadi pusat
kegiatanilmiah terutama ilmu pengetahuan nenek moyang eropa(yunani).pada masa
itu banyak karya-karya Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Selanjutnya
model inidi kembangkan di dar el-Hikmah, Kairo, kemudian diterima kembali
barat melalui Cordova (Qasar al-Zahra), dan kota-kota lain di Andalusia.
- Bidang
Pemerintahan
Berdirinya Kairo sebagai ibukota dan pusat pemerintahan diawali gerakan
penumpasan golongan Syiah yang dilancarkan penguasa Abbasiyah di Baghdad.
Kongsi yang dibangun golongan Syiah dengan Bani Abbas untuk menjatuhkan Bani
Umayyah akhirnya pecah. Penguasa Abbasiyah mencoba meredam perlawanan golongan
Syiah Ismailiyah di bawah pimpinan Ubaidillah Al-Mahdi. Setelah sempat ditahan,
Ubadilah akhirnya dibaiat menjadi khalifah bergelar Al-Mahdi Amir Al-Mu'minin
(909 M). Pengganti Khalifah Ubaidilah Al-Mahdi, Muizz Lidinillah mulai
mengalihkan perhatiannya ke Mesir.Ia menunjuk Panglima Jauhar Al-Katib
As-Siqili untuk menaklukan Mesir. Tahun 969 M, Mesir berada dalam kekuasaan
Syiah Ismailiyah. Sejak itu, mereka membangun kota baru yang diberi nama Al-Qahirah
atau Kairo yang berarti 'penaklukan' atau 'kejayaan'. Pada 972 M, di Kairo
telah berdiri Masjid Al-Azhar.
Fatimiyah mencapai kemajuan yang pesat dalam administrasi
negara. Karena, pada saat itu, dinasti itu mengutamakan kecakapan dibandingkan
keturunan dalam merekrut pegawai. Toleransi pun dikembangkan. Penganut Sunni
yang profesional pun diangkat kedudukannya laiknya Syiah. Toleransi antarumat
beragama pun begitu tinggi. Siapapun yang mampu bisa duduk di pemerintahan.
Kairo menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam dan gudang barang-barang dagang
untuk eropa dan dunia timur. Kota seribu menara. Itulah julukan yang disandang
Kairo - salah satu kota penting dalam sejarah peradaban Islam. Pada abad
pertengahan, ibukota Mesir yang berada di benua Afrika itu memainkan peranan
yang hampir sama pentingnya dengan Baghdad di Persia serta Cordova di Eropa.
Diakhir masa kejayaan Fatimiyah, Kairo hampir saja jatuh ke
dalam kekuasaan tentara Perang Salib pada 1167 M. Untunglah panglima perang
Salahudin Al-Ayubi berhasil menghalaunya. Sejak itu, Salahudin kemudian
mendeklarasikan kekuasaannya di bawah bendera Dinasti Ayubiyah - penganut
Sunni. Dinasti itu hanya mampu bertahan selama 75 tahun.
Kairo kemudian diambil alih Dinasti Mamluk. Sekitar tiga
abad lamanya Mamluk menjadikan Kairo sebagai pusat pemerintahannya. Ketika
Baghdad dihancurkan bangsa Mongol pada 1258 M, pasukan Hulagu Khan tak mampu
menembus benteng pertahanan Kairo. Selama periode itu, Kairo menjadi salah satu
pusat kebudayaan Islam dan gudang barang-barang dagang untuk Eropa dan dunia
Timur.
Kairo
juga sempat dikuasai Turki. Sejak kekuasaan Turki berakhir pada 1517 M, kota
itu sempat tenggelam. Kairo kembali menggeliat ketika pada awal abad modern,
Muhammad Ali memimpin Mesir. Kota itu pun menjelma sebagai pusat pembaruan
Islam zaman modern. Demikianlah perjalanan panjang kota Kairo.
- Bidang Tatakota dan
Arsitektur
Fustat sebagai pusat pemerintahan, didirikan bangunan masjid pertama kali
berdiri di daratan Afrika. Fustat tercatat mengalami pasang-surut sebagai
sebuah kota utama di Mesir selama 500 tahun. Penjelajah dari Persia,
Nasir-i-Khusron mencatat kemajuan yang dicapai Fustat. Ia melihat betapa
eksotik dan indahnya barang-barang di pasar Fustat, seperti tembikar
warna-warni, kristal dan begitu melimpahnya buah-buahan dan bunga, sekalipun di
musim dingin.
Dari tahun 975 sampai 1075 M Fustat menjadi pusat produksi
keramik dan karya seni Islami - sekaligus salah satu kota terkaya di dunia.
Ketika Dinasti Umayyah digulingkan Dinasti Abbasiyah pada 750 M, pusat
pemerintahan Islam di Mesir dipindahkan ke Al-Askar - basis pendukung
Abbasiyah. Kota itu bertahan menjadi ibukota pemerintahan hingga tahun 868 M.
Sekitar 1168 M, Fustat dibumihanguskan agar tak dikuasai tentara Perang Salib.
C. Tokoh-tokoh pada masa kejayaan islam
1.
Ibnu Rusyd (520-595 H)
Ibnu
Rusyd merupakan salah satu tokoh pada masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya Abu
-al-Walid Muhammad Ibu Rusyd, lahir di Cordova (Spanyol) pada tahun 520 H, dan
wafat di Marakesy (Maroko) pada tahun 595 H. Beliau menguasai ilmu fikih, ilmu
kalam, sastra Arab, matematika, fisika, astronomi, kedokteran, dan filsafat.
Karya-karya
beliau antara lain kitab Bidayat al-Mujtahid (kitab yang
membahas tentang fikih), Kulliyat Fi at-Tibb (buku tentang
kedokteran di Eropa), Fal al-Maqal Fi Ma Bain al-Hikmah wa asy-Syariat.
Ibnu Rusyd berpendapat antara filsafat dan agama Islam tidak bertentangan,
bahkan Islam menganjurkan para penduduknya untuk mempelajari ilmu filsafat.
2. Al-Ghazali (450-505 H)
2. Al-Ghazali (450-505 H)
Al-Ghazali
merupakan salah satu tokoh pada masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya Abu Hamid
al-Ghazali, lahir di desa Gazalah, dekat Tus, Iran Utara pada tahun 450 H dan
wafat pada tahun 505 H di Tus juga. Beliau dididik dalam keluarga dan guru yang
zuhud (hidup sederhana dan tidak tamak terhadap duniawi). Beliau belajar di
Madrasah Imam al-Juwaeni. Setelah beliau menderita sakit, beliau berkhalwat
(mengasingkan diri dari khalayak ramai dengan niat beribadah mendekatkan diri
kepada Allah Swt.) dan kemudian menjalani kehidupan tasawuf selama 10 tahun di
Damaskus, Jerusalem, Mekah, Madinah, dan Tus. Adapun jasa-jasa beliau terhadap
umat Islam antara lain sebagai berikut.
- Memimpin Madrasah Nizamiyah di
Bagdad dan sekaligus sebagai guru besarnya.
- Mendirikan madrasah untuk para
calon ahli fikih di Tus.
- Menulis berbagai macam buku yang
jumlahnya mencapai 288 buah, mengenai tasawuf, teologi, filsafat, logika,
dan fikih.
Diantara bukunya yang
terkenal, yaitu Ihya Ulumuddin,
yakni membahas masalah-masalah ilmu akidah, ibadah, akhlak, dan tasawuf
berdasarkan Alquran dan Hadis. Dalam bidang filsafat, beliau menulisTahafut al-Falasifah (Tidak konsistennya
para filsuf). Al-Ghazali merupakan ulama yang sangat berpengaruh didunia Islam
sehingga mendapat gelar Hujjatul Islam (bukti kebenaran Islam).
3.
Al-Kindi (805-873 M)
Al-Kindi
merupakan salah satu tokoh pada masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya Yakub bin
Ishak al-Kindi, lahir di Kuffah pada tahun 805 M dan wafat di Bagdad pada tahun
873 M. Al-Kindi termasuk cendekiawan muslim yang produktif. Hasil karyanya di
bidang filsafat, logika, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, musik, dan
matematika. Beliau berpendapat, bahwa filsafat tidak bertentangan dengan agama
karena sama-sama membicarakan tentang kebenaran. Beliau juga merupakan salah
satunya filsuf Islam Arab. ia disebut Failasuf al-Arab (Filsuf orang Arab).
Karya-karya
Al-Kindi mencakup berbagai bidang, seperti geometri, astronomi, astrologi,
aritmetika, musik, fisika, medis, psikologi, meteorologi, dan politik. Dalam
berfilsafat Al-Kindi mengumpulkan karya-karyanya dengan dibukukan, dan seabad
kemudian diselesaikan oleh Ibnu Sina. Kaum bangsawan ortodoks yang konservatif
melancarkan aksi kekerasan terhadap Al-Kindi karena dianggap bidah. Sebagai
seorang filsuf Islam yang produktif, diperkirakan karya yang pernah ditulis
Al-Kindi dalam berbagai bidang tidak kurang dari 270 buah.
4.
Al- Farabi (872-950 M)
Al-
Farabi merupakan salah satu tokoh pada masa kejayaan Islam. Nama
lengkapnya Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag al-Farabi, lahir di
Farabi Transoxania pada tahun 872 M dan wafat di Damsik pada tahun 950 M.
Beliau keturunan Turki. Al- Farabi menekuni berbagai bidang ilmu pengetahuan
antara lain logika, musik, kemiliteran, metafisika, ilmu alam, teologi, dan
astronomi.
Di
antara karya-karya Al- Farabi , karya yang paling terkenal adalah Al-Madinah
al-Fadhilah (kota atau negara utama) yang di dalamnya membahas tentang
pencapaian kebahagiaan melalui kehidupan politik dan hubungan antara rezim yang
paling baik menurut pemahaman Plato dan hukum Illahiah Islam.
5.
Ibnu Sina (980-1037 M)
Ibnu
Sina merupakan salah satu tokoh masa kejayaan Islam. Nama lengkapnya Abu Ali
al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di desa Afsyana dekat Bukhara, wafat
dan dimakamkan di Hamzan. Beliau belajar bahasa Arab, geometri, fisika, logika,
ilmu hukum Islam, teologi Islam, dan ilmu kedokteran. Pada usia 17 tahun, ia
telah terkenal dan dipanggil untuk mengobati Pangeran Samani, Nuh bin Mansyur.
Beliau menulis lebih dari 200 buku dan di antara karyanya yang terkenal
berjudul Al-Qanun Fi at-Tibb, yaitu ensiklopedia tentang ilmu kedokteran dan
Al-Syifa, ensiklopedia tentang filsafat dan ilmu pengetahuan.
Kepiawaian
Ibnu Sina dalam mengobati orang sudah teruji, bahkan orang yang diobatinya
bukanlah orang sembarangan, melainkan para raja. Banyak raja yang meminta Ibnu
Sina untuk mengobatinya di antaranya Ratu Sayyidah serta Sultan Majdud dari
Rayy, Syamsu Dawla dari Hamazan, dan Alaud Dawla dari Isfahan, Karena
kehebatannya, di dalam dunai Islam ia dianggap sebagai Bapak Ilmu Kedokteran.
Tidak
hanya dalam filsafat dan kedokteran saja Ibnu Sina memberikan andil dan
pemikirannya, tetapi ia juga turut serta ambil bagian dan memberikan andil pada
berbagai ilmu pengetahuan pada zamannya, di antaranya yang menonjol adalah ilmu
astronomi. Ibnu Sina menambahkan dalam bukunya Al-Magest(Buku
tentang astronomi) berbagai problem yang belum dibahas, mengajukan beberapa
keberatan Euclides, meragukan pandangan Aristoteles tantang kesamaan
bintang-bintang tak bergerak, kesamaan satuan jaraknya, dan sebagainya. Untuk
itu di dalam buku Asy-Syifa, ia menguraikan bahwa bintang-bintang
yang tak bergerak tak berada pada satu Globe.
Ibnu Sina juga banyak membuat rumusan-rumusan tentang pembentukan gunung-gunung, barang-barang tambang, di samping menghimpun berbagai analisis tentang fenomena atmosfer, seperti angin, awan dan pelangi. Sementara orang yang sezaman dengannya tidak mampu menambahkan sesuatu ke dalam bidang penelitian mereka.
Ibnu Sina juga banyak membuat rumusan-rumusan tentang pembentukan gunung-gunung, barang-barang tambang, di samping menghimpun berbagai analisis tentang fenomena atmosfer, seperti angin, awan dan pelangi. Sementara orang yang sezaman dengannya tidak mampu menambahkan sesuatu ke dalam bidang penelitian mereka.
6.
Jabir bin Hayyan
Jabir
bin Hayyan adalah salah satu ilmuan muslim di bidang ilmu kimia, setelah
berguru dari Barmaki Vizier di Bagdad. Jabir bin Hayyan lahir pada tahun 750 M
dan wafat di usia 53 tahun. Di kalangan Barat,Jabir bin Hayyan dikenal dengan
nama Geber, ia menuntut Ilmu dan mengembangkan ilmu kimianya pada masa
pemerintahan Harun ar-Rasyid. Dalam eksperimen kimianya, beliau menerapkan eksperimen
sistematis sehingga setiap eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir
menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi
sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan
tetap. Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi,
distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen
untuk melakukan proses-proses tersebut.
Karya
Jabir bin Hayyan antara lain kitab Al-Kimya (diterjemahkan ke
Inggris menjadi The Book of the Composition of Alchemy), kitab Al-Sab`een,
kitab Al-Rahmah, Al-Tajmi, Al-Zilaq al-Sharqi, Book of the
Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book of Balance.
7.
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi
Muhammad
bin Musa al-Khawarizmi lahir di Khawarizm, Uzbekistan tahun 780 Masehi, dan
wafat pada tahun 850 di Bagdad, Irak. Beliau adalah ahli matematika, astronomi,
astrologi. Dia berprofesi sebagai seorang dosen semasa hidupnya. Buku
pertamanya adalah Al-Jabar yang merupakan buku pertama yang membahas
solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Dengan buku yang ia tulis
tersebut, ia disebut sebagai Bapak Aljabar. Translasi bahasa latin dari
aritmetika, beliau yang memperkenalkan angka India, kemudian diperkenalkan
sebagai sistem penomoran posisi desimal di dunia Barat pada abad ke-12. Ia
merevisi dan menyesuaikan geografi Plotemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan
tantan astronomi dan astrologi.
Kontribusi beliau tidak hana berdampak besar pada matematika, tetapi juga dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata Al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorisme, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga diserap dalam bahasa Spanyol, Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit. Beberapa karyanya yang terkenal adalah Al-Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wa--I-Muqabala, Dixit Algorizmi, kitab Surah al Ardh, Buku Zij al-Sindhind, dan Risala fi Istikhraj Ta`rikh al-Yahud (Petunjuk penanggalan Yahudi).
Kontribusi beliau tidak hana berdampak besar pada matematika, tetapi juga dalam kebahasaan. Kata Aljabar berasal dari kata Al-Jabr, satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme dan logaritma diambil dari kata Algorisme, Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga diserap dalam bahasa Spanyol, Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit. Beberapa karyanya yang terkenal adalah Al-Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wa--I-Muqabala, Dixit Algorizmi, kitab Surah al Ardh, Buku Zij al-Sindhind, dan Risala fi Istikhraj Ta`rikh al-Yahud (Petunjuk penanggalan Yahudi).
8.
Ibnu Haitham
Salah
satu ilmuan muslim yang namanya mendunia adalah Ibu Haitham. Nama lengkapnya
adalah Abu Ali Muhammad al-Hasan Ibnu al-Haitham. Beliau lahir pada tahun 965
di Basra, Irak. Pada usia 64 tahun beliau meninggal dunia di Kairo. Beliau
dikenal di Barat dengan nama Alhazen sebagai seorang ilmuan Islam yang ahli
dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ibu
Haitham melakukan banyak penelitian, salah satunya adalah tentang cahaya yang
kemudian menjadi cikal bakal diciptakannya mikroskop dan teleskop.
Beberapa
buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris antara lain Light and on Twilight Phenomena Kajiannya
banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan
matahari serta bayang-bayang dan gerhana. Dilihat dari karyannya, Ibu Haitham
telah cukup banyak menulis buku-buku. Di antara buku hasil karyanya adalah
sebagai berikut.
- Al`Jami` fi Usul
al-Hisab yang mengandung terori-teori
ilmu metematika dan matematika penganalisisan.
- Kitab Al-Tahli wa al-Tarkib mengenai
ilmu geometri.
- Kitab Tahlil ai`Masa`il
al-Adadiyah tentang Algebra.
- Maqalah fi
Istikhraj Simat al-Qiblah yang
mengupas tentang arah kiblat bagi segenap rantau.
- Maqalah Fima
Tad`u Ilaih mengenai penggunaan geometri
dan urusan hukum syarak.
- Risalah fi
Sina`at al-Syi`r mengenai teknik penulisan
puisi.
9. Ibnu Khaldun
Ibnu
Khaldun disebut sebagai Bapak Sosiologi Islam, lahir di Tunisia pada 732 H/1332
M dan meninggal pada 808 H/1406 M. Nama lengkapnya adalah Waliuddin Abdurrahman
bin Muhammad bin Abi Bakar bin Muhammad bin al-Hasan. Karyanya yang terkenal
adalah Muqaddimah. Kitab ini berisi pembahasan tentang masalah
sosial manusia. Kitab ini membuka jalan menuju pembahasan ilmu-ilmu sosial. Dia
dipandang sebagai peletak dasar ilmu sosial dan politik Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian – uraian yang telah penulis susun maka dapat di
ambil kesimpulan bahwa perkembangan peradaban memiliki wilayah kekuasaan islam
semakin luas. Dinasti ini mampu mengembangkan islam dan meraih puncak kejayaan
peradaban islam, menganut sikap politik yang demokratis.
B. Saran
Setelah penulis mengadakan pengkhajian terhadap kebudayaan
sejarah perkembangan peradaban Islam pada masa kejayaan, sehingga
penulis mendapatkan sedikit pengetahuan, wawasan, pengalaman.
Dan
agar mengetahui peran kita dalam kehidupan, agar kita lebih kritis
dalam mengkaji ilmu pengetahuan, sehingga dapat menginterprestasikan dalam
kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.com/
http://khoiruroji.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar