MAKALAH
AMPHIBIA
DISUSUN OLEH :
LEONI ELDA SAPUTRI
KELAS : X. MIPA.3
MAPEL : BIOLOGI
SMA NEGERI 2 PRAYA
TP. 2018/2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena atas rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW.
besarta keluarga-Nya, para sahabat-Nya dan kita selaku umat-Nya.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas
mata pelajaran biologi. Dan dengan kerendahan hati penulis
menyadari akan keterbatasan dan kekurangan yang ada dalam makalah ini, baik
dari segi bahasa maupun tulisannya, karena wawasan pengetahuan dan
pengalaman penyusun masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karenanya kritik serta saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnan makalah selanjutnya, selain
itu penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
dan karakteristik Amphibi
B. Klasifikasi
dalam Kelas Amphibi
1. Ordo
Caecilia
2. Ordo Urodela (Caudata
3. Ordo Anura
4. Ordo Proanura
C. Morfologi Kelas Amphibi
D. Anatomi
dan fisiologi
E. Habitat
dan persebaran
F. Relasi
dengan Manusia
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masalah
Amfibi adalah kelompok terkecil di antara
vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia,
amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur
suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan matahari untuk
menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan dan melakukan
pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan
kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan.
Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati sejumlah
habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau. Mereka juga
ada di daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun.
Meskipun amfibi dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau panjang,
umumnya mereka membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai dan kolam. Di
wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak katak dapat bertahan hidup tanpa
memiliki sumber air tetap.
Sebagai hewan yang
berdarah dingin, amfibi tidak aktif dalam kondisi dingin. Pada kondisi ini
mereka melakukan hibernasi, biasanya dalam lumpur di dasar kolam. Musim kawin
amfibi sering berlangsung kacau. Amfibi jantan dan betina berkumpul bersama
dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur, biasanya amfibi tidak lagi
mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang melindungi telur.
Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan penyamaran atau melarikan diri saat
terancam pemangsa. Ada pula amfibi yang mengandalkan kulit yang mencolok untuk
menakuti musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun.
Katak beracun dari Amerika
Selatan memiliki warna yang mencolok sebagai tanda bahaya pemangsanya. Racun
katak sangat kuat ‘racun emas’ yang dimiliki kodok dart dari kolombia misalnya,
dapat menewaskan sekitar 1.000 orang sekaligus. Kebanyakan orang kesulitan
dalam membedakan anggota dari kelas amphibia yaitu antara katak dan kodok. Maka
dari itulah kita perlu mengenal kelas amphibia lebih jauh lagi.
B. Rumusan
masalah
Melihat uraian diatas maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Apa
yang dimaksud dengan amphibia dan bagaimana karakteristiknya?
b. Bagaimana
klasifikasi dari kelas amphibia?
c. Bagaimana
anatomi dan fisiologi pada amphibia?
d. Bagaimana
persebaran dan habitat dari amphibia?
e. Bagaimana
hubungan manusia dengan amphibia?
C. Tujuan
Adapun maksud dan tujuan
makalah ini yaitu:
1. Mengetahui
definisi serta karakteristik dari amphibia.
2. Mengetahui
klasifikasi dari kelas amphibia
3. Mengetahui
anatomi dan fisiologi dari amphibia.
4. Mengetahui
bagaimana persebaran dan habitat dari amphibia.
5. Mengetahui
hubungan atau relasi antara manusia dengan amphibia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
dan karakteristik Amphibi
Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari dua kata, yaitu “Amphi” (rangkap) dan “bios”
(hidup). Atau dapat diartikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata)
dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut yang hidup di
dua alam; yakni di air dan di daratan. Karena itu amphibi diartikan sebagai
hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada
umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup
kedua adalah di daratan. ( Zug, 1993)
Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan
bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada
fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini
amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan
peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan
rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai
mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara
melompat. (Zug, 1993)
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air
mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi
untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan
kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan
perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri
terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase
dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau
perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari
kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota
Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama
hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak
secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada
di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak.
Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada
kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb, 1986)
Ciri khusus dari amphibi yaitu:
·
Tubuh diselubungi kulit yang berlendir serta tidak mempunyai sisik
·
Merupakan hewan
berdarah dingin (poikiloterm)
·
Mempunyai
jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik
·
Mempunyai dua
pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di
antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang
·
Memiliki dua
lubang hidung yang berhubungan dengan ruang mulut yang mempunyai klep untuk
menahan air
·
Umumnya pada
mulut terdapat gigi dan lidah sering kali dapat dikeluarkan
·
Matanya
mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat
berfungsi waktu menyelam
·
Pernapasan pada
saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa
paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke
dalam rongga mulut ketika menyelam
·
Berkembang biak
dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh
induknya (pembuahan eksternal).
·
Otak memiliki
10 pasang sarang krainal
·
Fertilisasi
secara internal dan ekternal dan umumnya ovivar dengan stadium larva dalam air
dan bermetamorfosis menjadi dewasa.
B. Klasifikasi
dalam Kelas Amphibi
Adapun kedudukan amphibia
dalam sistem klasifikasi yaitu:
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Upafilum :
Vertebrata
Superkelas : Tetrapoda
Kelas
: Amphibia
Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu
Apoda (Caecilia), Urodela (Salamander), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura
(telah punah).
1. Ordo
Caecilia
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah
tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig),
bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang
kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa
spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.
Di bagian anterior
terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini
menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan
bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya
ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia
terjadi secara internal. ( Webb et.al, 1981)
Ordo Caecilia mempunyai 5
famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae,
dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae,
Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981)
Famili yang ada di
indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh
yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan
oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang
yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum
metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis
sp., yaitu di propinsi DIY.
2. Ordo
Urodela (Caudata)
Ordo ini mempunyai ciri
bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki
tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa
spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada
bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami
reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup
di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi
wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. Urodella mempunyai
3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo
Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo
Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub
ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae,
Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan
Salamandridae. ( Pough et. al., 1998)
Salamander memiliki tubuh
yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar
Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies akuatik
jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses
evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya
paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et
al., 1998).
Sangat mengherankan jika suatu hewan terestrial
dapat bertahan hidup tanpa adanya paru-paru akan tetapi pada family terbesar
Salamander yaitu Plethodontidae memiliki karakteristik tidak
adanya paru-paru. Tidak adanya paru-paru mungkin terjadi pada Salamander karena
kulit Salamander memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Beberapa penjelasan
telah disusun untuk menunjukkan keuntungan dari hilangnya paru-paru pada
Plethodontidae, hipotesis yang paling mudah diterima berkaitan dengan evolusi
hilangnya paru-paru adalah spesialisasi dari apparatus hyoideus yang terdapat
di dalam tenggorokan sebagai suatu mekanisme dalam menjulurkan lidah untuk
menangkap mangsa. Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat bantu
pernapasan pada Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada Plethodontidae,
apparatus hyoideus yang seharusnya berperan sebagai alat bantu pernapasan jika
dia memiliki paru-paru mengalami modifikasi menjadi mekanisme penjuluran lidah
untuk menangkap mangsa dikarenakan paru-paru mereduksi. Anggota dari Pletodhontidae yang
mampu menjulurkan lidah lebih jauh daripada panjang kepala dan tubuh
dikelompokkan dalam Bolitoglossine (Pough et al., 1998).
Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari
fenomena evolusi yang disebut dengan heterochrony. Herterochorny
terkait dengan perubahan waktu dan tingkat dari proses perkembangan (terutama
dalam masa embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa
yang paedomorphic biasanya memiliki habitat aquatic dan memiliki karakteristik
larva seperti adanya insang luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola
gigi dewasanya. Paedomorphosis merupakan karakteristik pada beberapa Salamander
aquatic seperti Proteidae. Pada family lain, seperti Ambystomatidae,
beberapa spesies paedomorphic tetap bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa
yang terrestrial (Pough et al., 1998).
Cau data atau Urodela mempunya anggota sekitar
350 spesies, tersebar terbatas di belahan bumi utara; Amerika Utara, Amerika
Tengah, Asia Tengah (Cina, Jepang) dan Eropa. Bentuk tubuh setiap anggota
Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan
family-family dari urodela terdapat di amerika dan tidak terdapat di Indonesia.
Sebagian besar masa hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada
yang internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu
tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau
mereduksi (Pough et al., 1998).
Salamander merupakan kelompok Amphibia yang
berekor. Semua anggota dari family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh
silinder yang memanjang serta kepala yang berbeda. Sebagian besar memiliki
tungkai yang berkembang dengan baik, biasanya pendek tergantung pada ukuran
tubuh. Tengkoraknya mereduksi dikarenakan adanya beberapa bagian yang
menghilang. Sebagian besar anggotanya memiliki fertilisasi internal meski tak
satu pun anggota dari family ini yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi
internal terjadi ketika jantan mendepositkan spermatopora yang kemudian akan
diterima oleh betina melalui bibir kloakanya (Zug, 1993).
3. Ordo
Anura
Nama anura mempunyai arti
tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum
tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan
tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan.
Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili
terdapat selaput diantara jari-jarinya.
Membrana tympanum terletak
di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang
mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan
baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang
tenang dan dangkal. (Duellman and Trueb, 1986)
4. Ordo
Proanura
Anggota-anggota ordo ini
tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah punah. Anggota-anggota ordo
ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan hanya sedikit saja yang
menunjukkan perkembangan ke arah dewasa.
Ciri-ciri umumnya adalah
mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua rahang dilapisi
bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru mengalami sedikit
perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk dalam daur
hidupnya. (Duellman and Trueb, 1986)
C. Morfologi Kelas Amphibi
Kelompok hewan
amfibi adalah binatang bertulang belakang berkulit lembab tanpa bulu yang
hidup di dua alam. Kebanyakan hewan amfibi pada waktu berupa berudu hidup di
air dan bernapas dengan insang. Selanjutnya setelah dewasa hidup di darat dan
bernapas dengan paru-paru dan kulit. Hewan amfibi termasuk kelompok hewan
berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur
suhu tubuhnya.
Kepala dan badan lebar
bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada leher dan ekor. Bagian dalam
ditutupi dengat kulit basah halus lunak. Pada kepala mempunyai
mulut yang lebar untuk mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares externa
yang kecil dekat ujung hidung yang berfungsi dalam pernapasan, terdapat
sepasang mata yang bulat, dibelakangnya terdapat 2 lubang pipih
tertutup oleh membrane tympani yang berfungsi sebagai telinga untuk menerima
gelombang suara. Tiap mata mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di
dalamnya mempunyai selaput mata bening membrane nictitans untuk menutupi mata
apabila berada di dalam air. Di bagian ujung belakang badan dijumpai anus,
lubang kecil untuk membuang sisa-sisa makananyang tak dicerna, urine dan
sel-sel kelamin/ telur atau sperma dari alat reproduksi.
Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki
belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium), lengan bawah (antebrancium),
tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur),
betis (crus), kaki (pes) dan jari-jari (digiti).
Tubuh katak bentuknya bilateral simetris,
dengan bagian sisi kiri dan kanan equal. Bagian tengah disebut medial,
samping/lateral, badan muka depan adalah ujung anterior, bagian belakang
disebutujung posterior, bagian punggung atau dorsal, sedang bagian muka
ventral. Bagian badan terdiri atas kepala/ caput, kerongkongan/ cervik, dada/
thorax atau pectoral, perut atau abdomen, pantat pelvis serta bagian kaudal
pendek.
Pada rongga mulut ( cavum oris),
dibatasi oleh maxillae (rahang atas), sedangkan dibagian bawah
dibatasi oleh mandibula (rahang bawah) dan os hyoid. Pada
rongga mulut terdapat lingula yang pipih berpangkal pada dasar sebelah antrior
mulut.Pada permukaannya terdapat kuncup perasa dan papil yang dilapisi oleh
lendir dan dapat dijulurkan dari belkang ke muka untuk menangkap mangsa.
Pada maxillae sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi
maxillaris), sedangkan dibelakang maxillae terdapat gigi
vormerin yang berfungsi untuk menahan mangsa yang akan ditelan.Dekat denta
vomerin terdapat dua lubang nares interna yang berhubungan dengan nares
eksterna. Glotis terletak pada medium ventral pharynx sebelah belakang lingula
yang merupakan pintu menuju ke pulmo. Dibelakang masing-masing mata di dekat
sudut mulut terdapat ostium pharyngeum dari tuba Eustachii yang menghubungkan
cavum oris dengan ruang telinga dalam.Pada katak jantan dari banyak spesies
memiliki saccus vocalis (saku suara) yang terbuka disebelah muka dari ostium
pharyngeum auditiivae Eustachii. Saku suara ini dapat dikembang kempiskan
sehingga menimbulkan suara.
D. Anatomi
dan fisiologi
Sistem Rangka
Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang
disokong oleh bagian-bagian yang lunak. Fungsi rangka adalah untuk melindungi
bagian-bagian tubuh yang vital, melekatnya otot daging berguna untuk gerak dan
berjalan. Pada fase cebong (berudu) tulang-tulang masih lunak.Kemudian pada
fase dewasa menjadi keras. Tapi pada sambungan-sambungan tulang masih tetap
lunak dengan permukaan yang licin.Tempurung kepala,vertebrae dan sternum
merupakan skeleton axiale sedang kaki merupakan skeleton appendiculare.
Tempurung kepala yang besar serta pipih terdiri
atas:
1. Cranium
yang sempit
2. Beberapa pasang kapsula
sensoris dari hidung kapsula pendengar dan kapsula yang besar untuk mata.
3. Tulang-tulang
rahang, os hyoid dan tulang rawan dari larynx (skleton viseral).
Bangsa amphibi merupakan
Vertebrata yang pertama mempunyai sternum (tulang dada) tetapi perkembangannya
kurang sempurna. Tulang iga hanya pendek dan kurang berkembang sehingga
tidak berhubungan dengan sternum seperti yang terjadi pada reptil, burung atau
mamal.
Sebagian besar amfibi
mempunyai dua pasang tungkai dengan empat jari kaki pada kaki depan dan lima
jari kaki belakang.Jumlah jari mungkin ada yang berkurang seperti pada
salamander, dan pasangan tungkai tidak ada pada Caecillia.Tungkai biasanya
tidak mempunyai kuku, tapi ada semacam tanduk pada jari-jarinya.
Tulang punggung yang
bersambung dengan kepala dan extrimitas berfungsi menyokong tubuh dan
melindungi sumsum, terdiri atas 9 columna vertebralis dan urostyl, yang
merupkan silindris, masing-masing vertebrae merupakan satu segmen pendek yang
fleksibel seperti vertebrae lainnya. Tiap-tiap vertebrae terdiri atas centrum
atau corpus yang memiliki lengkung atas (archus neuralis) sebagai tempat
sumsum.Sebelah atasnya terdapat cuatan neuralis terdapat sepasang processus
articularis yang menyebabkan vertebrae dapat sedikit bergerak; tidak memunyai
tulang rusuk (costale).
Sistem
Otot
Sistem otot pada amfibi,
seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagai transisi antara ikan dan reptil.
Sistem otot paada ikan berpusat pada gerakana tubuh ke lateral, membuka dan
menutup mulut serta gill apertura (celah insang) dan gerakan sirip yang relatif
sederhana.Kebutuhan hidup di darat mengubah susunan ini.
Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapai tampak
tanda-tanda perbedaan. Sekat horizontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian
dari otot epeksial atau dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah
menjadi bukti dalam pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi.
Selanjutnya otot hipaksial terlepas atau terbagi-bagi dalam lapisan-lapisan,
kemudian membentuk otot-otot oblique eksternal,oblique internal dan otot
tranversus, sedangkan otot dermal sangat kurang.Berbagai macam gerakan pada
amfibi yaitu, berenang,berjalan, meloncat atau memanjat, melibatkan
perkembangan berbagai tipe otot.Beberapa diantaranya terletak dalam tungkai itu
dan berupa otot intrinsik.
Tubuh katak dan vertebrata
lainnya mengandung tiga macam otot daging, yaitu otot daging berserat halus,
otot daging jantung, dan otot daging berserat melintang. Perbedaan itu berdasar
susunan secara mikroskopis dan fisologis. Otot daging sebelah luar tediri atas
otot daging skletal atau otot daging yang melekat pada tulang-tulang.Otot
daging tersebut terkendalikan oleh kemauan pada gerakannya.Masing-masing otot
daging itu terdiri atas serat-serat yang satu sama lain digabung oleh jaringan
ikat.Kedua ujung biasanya melekat pada tulang yang berlainan.Bagian central
yang sedikit gerak disebut “origin” sedang bagian distal yang merupakan bagian
yang banyak gerak disebut “insertion”. Banyak otot daging yang memiliki
perluasan dengan jaringan ikat sehingga dapat membungkus sebelah ujung tulang
yang disebut “tendon”.
Otot daging mengadakan aktivitas dengan jalan kontraksi yakni memanjang-memendekkan
jari;dengan demikian kedua tulang yang terikat olehnya akan bergerak.Otot
daging secara umum dibagi atas dua kelompok yang berlawanan. Dibawah ini akan
disebutkan tipe umum dari otot-otot daging dengan model aktivitasnya dengan
masing-masing contoh:
Flexor
: Mengikat satu bagian dengan bagian lain; contoh biceps sebagai pengikat
lengan bawah dengan lengan atas.
Extensor
: Meluruskan atau memperluas suatu bagian; contoh triceps meluruskan lengan
bawah pada lengan atas.
Abductor
: Menarik suatu bagian menjauh dari sumbu tubuh (atau anggota);
contoh deltoid menarik lengan ke samping.
Adductor
: Menarik satu bagian menuju ke arah sumbu tubuh (atau anggota); contoh atianus
dorsi menarik lengan keatas dan kembali.
Depressor
: Menurunkan suatu bagian; contoh depresor manbulae menggerakkan
kebawah rahang bawah untuk menggerakkan mulut.
Levator :
Mengangkat atau meninggikan suatu bagian;contoh masseter mengangkat
rahang untuk menutup mulut.
Rotator :
Memutar suatu bagian;contoh pyriformis, meninggikan dan memutar
femur.
Otot daging yang tunduk kepada kemauan dibagian atas tiga bentuk struktur umum:
(1) otot daging lebar dan pipih misalnya obliqus externus dan transversus yang
membentuk didnding abdomen; (2) otot daging gilik (silindris) dengan ujung yang
menyisip, misalnya biceps atau deltoid dan (3) otot daging sphincter dengan
serat melingkar, misalnya sphincter ini yang berfungsi untuk menutup anus.
Dalam banyak gerakan berbagai tubuh beberapa otot daging bereaksi bersama-sama
dengan beberapa kontraksi. Koordinasi dalam hal tersebut dilaksanakan oleh
sistem saraf. Tiap-tiap serat atau berkas otot mempunyai akhir ujung saraf
motoris yang membawa perintah untuk merangsang kontraksi.
Sistem
Pencernaan
Di dalam mulut terdapat
gerigi kecil di sepanjang rahang atas, dan ada gigi vomerin pada langit-langit
mulut. Lidah berotot dan bfurfate (cabang dua) pada ujungnya, dan bertaut pada
bagian anterior mulut. Saluran pencernaan mulai dari esophagus (bedinding lurus
dan besar) langsung bersatu dengan lambung. Lambung memanjang dan erkelok ke
samping kiri dan berotot. Usus terdiri dari intestinum (keci, panjang, berkelok-kelok),
rectum yang langsung bersatu dengan cloaca. Hati dn pancreas mempunyai
mempunyai saluran-saluran menuju ke duodenum, kandung empedu, lambung
intestinum. Pada potongan melintang intestinum terdiri dari empat lapisan,
yaitu: peritoneum, lapisan otot, submukosa dan mukosa (Brotowidjoyo, 1994: 56).
Alat pencernaan makanan
diawali oleh cavum oris dan di akhiri oleh anus. Pada beberapa bagian dari
trackus digestoria mempunyai struktur dan ukuran yang berbeda. Mangsa yang
berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur.
Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan
akan melalui pharynx, oesophagus yang menghasilkan sekresi alkalis dan
mendorong makanan masuk ke dalam vetriculus yang berfungsi sebagai gudang
pencernaan. Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan menjadi hancur
dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim, yang merupakan
katalisator. Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas
pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu
ventrikulus menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan
yang menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak
peristaltik. Makanan masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep
pyloris. Kelenjar pencernaan yang besar ialah hepar dan pancreaticum yang
memberikan sekresinya pada intestinum. Hepar yang besar terdiri dari beberapa
lobus dan bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam
vesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum melalui ductus
Cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang merupakan saluran
gabungan dengan dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus untuk
mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan sisa di dalam intestinum mayor menjadi
feses dan selanjutnya di keluarkan melalui anus.
Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada
beberapa amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi sebagian besar
bangsa Amfibi mempunyai lidah yang dapat dijulurkan ke luar serta katak dan
kodok lidah digulung ke lambung. Usus menunjukkan berbagai variasi. Pada
Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan tidak dibedakan antara usus kecil
dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat usus yang relatif panjang,
menggulung yang membuka kloaka.
Sistem
saraf
Sistem saraf pada amfibi terdiri atas sistem
saraf sentral dan sistem saraf periforium. Sistem saraf sentral
terdiri dari : encephalon (otak) dan medulla spinalis. Enchephalon terdapat
pada kotak otak (cranium). Pada sebelah dorsal akan tampak dua lobus
olfactorium menuju saccus nasalis, dua haemisperium
cerebri atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk ooid yang
dihubungkan dengan comisure anterior, sedangkan bagian anteriornya
dergabung dengan dienchepalon medialis. Dibagian belakang ini
terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpuk otak tengah
tengah (mesenchepalon) sebelah bawahnya merupakan cerebreum (otak
kecil). Dibelakang terdapat bagian terbuka sebelah atas yakni medulla
oblongata yang berhubungan dengan medulla spinalis dan
berakhir disebelah felium terminale (Jasin, 1984: 271).
Terdiri atas sistem
nervorum central dan sistem nervorum periforium. Dalam Sistem nervorum
central terdiri dari encephalon (otak) dan medulla spinalis (nervecord).
Encephalon terdapat dalam kotak otak (Cranium). Dari pandangan sebelah dorsal
akan tampak dua lobus olfactorius menuju saccus nasalis, dua hemispherium
cerebri atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk ovoid yang dihubungkan oleh
comissura anterior sedang bagian anteriornya bergabung dengan diencephalon
medialis. Di bagian belakang terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpu
otak tengah (mesencephalon) sebelah bawah dan selanjutnya diikuti oleh
cerebellum (otak kecil) yang merupakan bagian kecil. Di belakangnya terdapat
bagian yang terbuka sebelah atas yaitu medulla oblongata yang selanjutnya
berhubungan dengan medulla spinalis, berakhir di sebelah caudal dengan felium
terminale. Diencephalon mempunyai badan sebelah dorsal yang disebut epiphyse atau
glandulae pinealis. Di bawah diencephalon terdapat chiasma opticua, yang
selanjutnya diikuti oleh infudibulum yang tumbuh keluar sebagai segitiga tumpul
dengan hypophyse atau glandulae pituitaria pada posteriornya. Di dalam otak
terdapat rongga-rongga yang disebut ventriculus. Cairan cerebrospinalis mengisi
ventriculus-ventriculus tersebut dan sekitar otak. Pertukaran zat atau
metabolism pada otak dilakukan oleh pembuluh-pembuluh darah arteri dan venulae
yang meliputi jaringan permukaan otak. Otak dan medulla spinalis dibungkus oleh
dua membran yang tebal yaitu duramater yang berbatasan dengan tulang, dan
membran halus yaitu piamater yang berbatasan dengan jaringan saraf. System
nervorum perivorum terdiri atas nervi Cranialis dan nervi spinalis. Nervi spinalis
berpusat pada otak di berbagai lobus.
Sistem
respirasi
Respirasi adalah suatu
proses penyediaan oksigen bagi tubuh. Sistem ini terdiri atas paru-paru (pulmo)
dan cutan (kulit), serta lapisan rongga kulit. Alat-alat ini mempunyai
permukaan yang basah (lapisan epithelium yang banyak mengandung pembuluh
darah). Oksigen yang berasal dari udara larut dalam cairan permukaan respirasi
dengan jalan difusi masuk ke pembuluh darah. Dalam proses ini hemoglobin
memegang peranan dalam oksidasi yang selanjutnya akan dibawa ke
jaringan-jaringan tubuh yang memerlukan. Sebagian besar karbondioksida diangkut
oleh plasma darah dari jaringan ke alat respirasi. Struktur paru-paru amphibi
masih sederhana. Paru-paru katak terdiri atas dua sakus yang elastis yang berisi
lipatan yang membentuk kamar-kamar kecil yang disebut alviola, yang
masing-masing diliputi oleh pembuluh-pembuluh kapiler. Masing-masing sakus
paru-paru dihubungkan dengan saluran bronchi yang pendek, kemudian kedua
bronchi bersatu menuju larynx (kotak suara) dengan lubangnya yang disebut
glottis.
Pada kodok, oksigen berdifusi melalui kulit,
dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya
di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena
tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat
terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup
sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput
rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak
bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karna kulitnya selalu dalam
keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah
berdifusi (Godknecht, 2004).
Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati
vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh
tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari
jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri
pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat
terjadi di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak
bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru
mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat
bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk-
bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru
dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam paru-paru
terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut
tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat
selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru.
Mekanisme inspirasi adalah dimulai
dari otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar,
akibatnya oksigen masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot
rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut
mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat
celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah
yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida
dilepaskan ke lingkungan.
Mekanisme ekspirasi adalah sebagai
berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara
dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak
menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah
berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga
rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya
karbon dioksida keluar.
Sistem
Reproduksi
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu
secara eksternal pada anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses
perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan
dangkal.
Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena
unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil
menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar.
Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel
telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya.
Amplexus bisa terjadi antara satu betina dengan
2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar
pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan dengan amplexusnya,
dia yang mendapatkan betinanya.
Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986)
Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986)
Reproduksi pada katak yaitu dengan cara
fertilisasi eksternal, katak jantan menjepit katak betina ketika perkawinan
(yaitu ketika telur dilepaskan dan sperma disemprotkan) (Brotowijdoyo.1989:
201).
Organon Uropetricum
Ginjal amfibi, seperti
pada ikan sejenis opistonefros. Amfibi berekor ginjalnya berstruktur elongasi
seperti pada Elasmobranchii tetapi pada jenis Anura ada tendensi menjadi
pendek. Banyak amphibi yang sebagian atau seluruh hidupnya berada dalam air,
korpuskel renalis nya berkembang untuk membantu mencegah pengenceran yang
berlebihan dari cairan tubuh. Pembuluh arkinefrik amfibi jantan berupa genital
ekskretori. Pembuluh arkinefrik tersebut hanya melakukan transport sperma.
Sistem ini masih disebut
sebagai suatu sistem gabungan karena masing-masing sistem masih tergabung pada
kloaka sebagai muara bersama baik untuk sistem ekskresi maupun untuk sistem
reproduksi, dan kecuali untuk feses.
Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat yang tidak berguna pada
amphibi dilakukan oleh kulit, paru-paru, dan beberapa zat yang tidak berguna
itu dilepaskan oleh hati berupa empedu dan yang terpenting dilakukan oleh ren.
Ren yang berbentuk bulat panjang, berwarna coklat terpisah dari coelom di bawah
vertebrae. Pemisahan ini disebut “retroperitonial”. Ren merupakan alat filter
selektif untuk membuang sisa-sisa zat organis dan garam-garam mineral dari
pembuluh darah. Proses filtrasi terjadi pada capsula renalis. Sebuah
capsula renalis terdiri atas:
1. Pembuluh
darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut “glomerulus”
2. Dinding
ganda yang berbentuk mangkokan yang disebut “capsula bowman”
3. Tubulus
uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan dari capsula bowman dililiti oleh
pembuluh darah arteri. Tubulus itu akan menyalurkan isinya pada pembuluh
pengumpul yang disebut ductus Wolfian atau ureter, yang
merupakan pembuluh sepanjang dorsal menuju ke vesica urinaria sebagai penyimpan
sementara. Akhirnya urin sebagai bahan sampah dibuang ke kloaka dan selanjutnya
dikeluarkan dari tubuh.
Organon Genitale
Organon ini terdiri atas:
Organon genitalis
masculinus yang berupa sepasang testis berbentu oval berwarna keputih-putihan,
terletak di sebelah anterior dari ren; diikat oleh alat penggantungnya yang
kita sebut mesorchium yang terjadi dari lipatan peritoneum. Di
sebelah cranial testis melekatlah corpus adiposum, suatu zat lemak yang
berwarna kekuning-kuningan, sedang di sebelah median dataran testis terdapat
saluran-saluran halus yang disebut vasa efferentia yang
bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju ke kloaka. Akhir dari ureter
mengalami pembesaran dan disebutvesicular seminalis, sebagai tempat
penampungan spermatozoa sementara.
Organon genitalis femimus yang terdiri atas sepasang ovarium dilekatkan
dengan bagian dorsal coelom oleh alat penggantung yang disebut mesovarium, yang
terjadi dari lipatan peritoneum. Pada hewan yang telah dewasa kadang-kadang terdapat
ova yang berwarna hitam dan putih berbentuk bintik-bintik. Pada ovarium juga
terdapat corpus adiposum yang berwarna kekuning-kuningan. Pada
“breeding season” ova yang telah masak menembus dinding ovarium untuk masuk ke
dalam oviduct, yaitu suatu saluran yang berkelok-kelok dengan ujung
terbuka sehingga tidak berhubungan dengan ovarium. Pada sebelah posterior
saluran ini melebar dengan dinding yang tipis, kadang-kadang ada yang menyebut
sebagai uterus. Selanjutnya ovum menuju ke kloaka pada suatu papilae.
Fertilisasi terjadi di luar tubuh, tapi walaupun demikian pada “breeding
season” katak jantan menempel di punggung katak betina untuk memudahkan
terjadinya fertilisasi.
Organ Indra
Perubahan yang terjadi pada lingkungan hewan merupakan rangsangan bagi organon
sensoris atau receptor tubuh. Organon sensoris mempunyai hubungan dengan nervi
sensori yang membawa rangsangan ke pusat (lobos pada otak). Tiap-tiap
rangsangan akan merangsang organon sensoris tertentu. Organon visus akan menerima
rangsangan yang berupa gelombang sinar, sedangkan reseptor kulit menerima
rangsangan yang berupa sentuhan. Pada lingua terdapat papil-papil yang berupa
tonjolan yang berisi reseptor perasa yang peka terhadap zat-zat kimia yang
larut dalam air. Saccus nasalis yang mengandung receptor yang peka terhadap
rangsangan yang berupa gas. Telinga yang berisi organon auditorius dan alat
kesetimbangan tubuh.
Lensa mata tetap dan tidak berubah kecembungannya untuk jarak pandangan yang
relative jauh. Kelopak mata kurang bagus bagi yang di air tetapi berkembang
bagus pada spesies yang di darat. Kelopak bagian bawah biasanya lebih mudah
bergerak daripada bagian atas karena kornea amphibi darat menjadi kering akibat
evaporasi, sehingga perlu dibasahi dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar
Harderian. Parietal dan pinael body berfungsi sebagai fotoreseptor, sensitive
terhadap gelombang panjang dan intensitas cahaya, berperan dalam termoregulasi
dan orientasi arah. Untuk alat pendengaran, salamander dan golongannya tidak
mempunyai pendengaran tengah, sedangkan katak dan kodok mempunyai pendengaran
tengah dan gendang telinga.
Sistem
Kelenjar Endokrin
Sistem endokrin mirip dengan vertebrata tingkat tinggi. Pada dasar otak
terdapat glandula pituitari atauglandula hypophysa.
Bagian anteriokelenjar ini pada larva menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon
ini mengontrol pertumbuhan tubuh terutama panjang tulang. Bila seekor berudu
diambil bagian anterior glandula hypophysanya, berudu tersebut tak akan tumbuh
menjadi katak. Tapi bila potongan ini ditranspantasikan kembali, maka
pertumbuhan akan terjadi sebagaimana mestinya. Pemberian hormon yang dihasilkan
oleh bagian anterior glandula hypophysa ini baik secara oral maupun
suntik mengakibatkan pertumbuhan raksasa. Kelenjar paratiroid ada (tidak ada
pada ikan), sebagai regulator kalsium dalam sistem endokrin.
Pada katak dewasa bagian anterior glandula pituitaria ini
menghasilkan hormon yang merangsang gonad untuk menghasilkan sel
kelamin. Jika dilakukan inplantasi kelenjar ini dengan sukses pada seekor katak
dewasa yang tak dalam keadaan berkembangbiak , maka mulai saat itu segera
terjadi perubahan. Inplantasi pada katak betina menyebabkan hewan ini
menghasilkan ovum yang telah masak. Inplantasi pada katak jantan mengakibatkan
hewan ini menghasilkan sperma.
Bagian tengah glandula pituitaria akan
menghasilkan hormon intermidine yang mempunyai peranan dalam pengatran
chromorophora dalam kulit.
Bagian posterior glandula pituitaria menghasilkan suatu hormon
yang mengatur pengambilan air.
Glandula thyroidea yang terdapat di belakang tulang rawan hyoid menghasilkan
hormon thyroid yang mengatur metabolisme secara umum. Kelenjar
ini menjadi besar pada berudu sebelum metamorphose menjadi katak. Jika kelenjar
ini di ambil maka berudu tidak akan menjadi katak. Bila ekstrak ini disuntikan
pada berudu yang secara normal memerlukan waktu dua tahun (untuk katak yang
diam di daerah dingin ) untuk berubah menjadi dewasa maka waktu metamorphose
ini akan dipercepat. Kelenjar tiroid tidak hanyamengatur aktivitas metabolisme
tubuh tetapi dipercaya sangat penting dalam mempengaruhi periode pengelupasan
lapisan luar kulit.
E. Habitat
dan persebaran
Amphibi muncul pada pertengahan periode Jura,
pra era Paleozoik sebagai vertebrata yang tertua. Kebanyakan Amfibi adalah
hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar
matahari untuk mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi
panas sendiri.
Oleh karena itu banyak
amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis, termasuk di seluruh
indonesia.
Amphibi umumnya merupakan
makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang terdapat air tawar
yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon sejak
lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya.
Amphibi banyak ditemukan
di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa, kolam, bahkan di lingkungan perumahan
pun bisa ditemukan.
F. Relasi
dengan Manusia
Adapun relasi manusia
dengan katak adalah sebagai berikut:
a. Digunakan
untuk pengobatan khususnya di negara Cina
b. Dijadikan
bahan kosmetik
c. Dijadikan sebagai bahan
penelitian ilmu pengetahuan
d. Digunakan sebagai umpan
ikan
e. Salah satu kelas amphibi
yaitu Bufo melanosticus sebagai alat tes kehamilan
f. Digunakan sebagai bahan
makanan
g. Dijadikan hewan peliharaan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa, kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:
Kerajaan : Animalia
Filum :
Chordata
Upafilum : Vertebrata
Superkelas : Tetrapoda
Kelas
: Amphibia
Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari dua kata, yaitu “Amphi” (rangkap) dan “bios”
(hidup). Atau dapat diartikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata)
dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut yang hidup di
dua alam; yakni di air dan di daratan.
Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu
Urodela (Salamander), Apoda (Caecilia), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura
(telah punah).
Adapun morfologi kelas
amphibi yaitu kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota,
tak ada leher dan ekor. Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Kaki
depan terdiri atas lengan atas (brancium), lengan bawah (antebrancium),
tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus),
kaki (pes) dan jari-jari (digiti).
Anatomi kelas amphibi
yaitu
· Rangka
katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian yang
lunak.Fungsi rangka adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang vital,
melekatnya otot daging berguna untuk gerak dan berjalan.
· Sistem
otot pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapai tampak tanda-tanda
perbedaan. Tubuh katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga macam otot
daging, yaitu otot daging berserat halus, otot daging jantung, dan otot daging
berserat melintang.
· Jantung amfibi terdiri
dari tiga ruang yaitu 2 atrium dan 1 ventrikel. Jantung
mempunyai sekat interatrial, kantong ventrikulur, dan pembagian konus
arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonari.
· Sistem lymphatic terdiri dari beberapa
macam saccus yaitu : Saccus submaxillaris, Saccus pectolaris, Saccus
abdominalis, Saccus lateralis, Saccus brachialis, Saccus femuralis, Saccus
inter-femuralis dan Saccus cruralis.
· Sistem pencernaan terdiri atas beberapa alat
pencernaan yaitu cavum oris, pharynx, oesophagus, ventriculus, intestinum
dan di akhirin oleh anus.
· Respirasi adalah suatu proses penyediaan
oksigen bagi tubuh. Sistem ini terdiri atas paru-paru (pulmo) dan cutan
(kulit), serta lapisan rongga kulit.
· Sistem urogenital disebut sebagai suatu sistem
gabungan karena masing-masing sistem masih tergabung pada kloaka sebagai muara
bersama baik untuk sistem ekskresi maupun untuk sistem reproduksi, dan kecuali
untuk feses. Terdiri dari organon uropetricum dan organon genitalis.
Organon genitalis terdiri dari organon genitalis masculinus dan organongenitalis feminus.
· Sistem saraf terdiri atas sistem nervorum
central dan sistem nervorum periforium.
· Sistem indra terdiri dari beberapa organ
seperti lingua, organon visus Saccus nasalis, telinga.
DAFTAR PUSTAKA
Djarubito Brotowidjoyo, Mukayat.1994. Zoologi
Dasar. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Reece, Michele. 2003. Biologi
Edisi Kelima-Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Tuti Kurniati, M.Pd, Bintarti Yusriana, M.Si,
Sumiyati Sa’adah M.Si. 2011. Zoologi Vertebrata. Prodi
Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. UIN SGD Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar