MAKALAH
KESULTANAN SAMUDRA PASAI
NAMA KELOMPOK
1.
ARDIANSYAH
2.
HANAN
MAHSUM
3.
MUHAMAD
AMIR
KELAS X TAV
SMK NEGERI 2 PRAYA TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya kami bisa menyelesaikan
makalah Kesultanan Samudra Pasai ini
tepat pada waktunya. Makalah
ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.
Praya, 20 Januari 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Sejarah Kesultanan Samudra Pasai
2.2.
Proses berkembangnya Kesultanan
Samudra Pasai
2.3.
Raja-raja yang berpengaruh di Kesultanan
Samudra Pasai Puncak kejayaan Kesultanan
Samudra Pasai
2.4. Kemunduran
Kesultanan Samudra Pasai Peninggalan Kesultanan
Samudra Pasai
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
3.2. Saran
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Setelah
kedatangan Islam, terjadi proses penyebaran yang begitu luas. Akibatnya tumbuh
dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam dikepulauan Indonesia. Kerajaan Islam
tersebut tumbuh dan berkembang di daerah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku,
Sulawesi, dan Kalimantan.
Kerajaan
islam di Sumatra yang dimulai dari berita awal abad ke-16 dari Tome Pires dalam
Sume Oriental (1512-1515) mengatakan bahwa Sumatra, terutama disepanjang
pesisir selat Malaka dan pesisir barat Sumatra telah banyak kerajaan islam baik
yang besar maupun yang kecil. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Aceh, Bican,
Lambri, Pedir, Pirada, Pase, Aru, Arcat, Rupat, Siak, Kampar, Tongakal,
Indragiri, Jambi, Palembang, Andalas, Pariaman, Minangkabau, Tiku, Panchur, dan
Barus. Kerajaan-kerajaan
tersebut ada yang tengah mengalami perkembangan bahkan ada yang sedang
mengalami keruntuhan karena pergeseran politik satu dengan lainnya. Berdasarkan
sumber sejarah lainnya bahkan data arkeologis ada kerajaan Islam yang sudah
tumbuh sejak dua abad sebelum kehadiran Tome Pires, yaitu Kerajaan Islam
Samudra Pasai. Tumbuhnya kerajaan Islam Samudra Pasai tidak dapat dipisahkan
dari letak geografisnya yang senantiasa tersentuh pelayaran dan perdagangan
internasional melalui Selat Malaka yang sudah ada sejak abad-abad pertama
Masehi.. Dari latar belakang inilah akan dibahas lebih jauh mengenai kerajaan
islam kedua di Indonesia yang sangat memiliki pengaruh terhadap kerajaan islam
lainnya di Nusantara.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Kesultanan
Samudra Pasai?
2. Seperti apa Proses
berkembangnya Kesultanan Samudra Pasai di segala bidang?
3. Siapa saja Raja- raja yang
berpengaruh di Kesultanan Samudra Pasai?
4. Bagaiamana keadaan Puncak
kejayaan Kesultanan Samudra Pasai?
5. Faktor apa yang mempengaruhi
Kemunduran Kesultanan Samudra Pasai?
6. Apa saja Peninggalan dari Kesultanan
Samudra Pasai?
1.3. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan umum penulisan ini adalah untuk menyelesaikan tugas Sejarah
Mengenai Kerajaan Islam di Nusantara yaitu Kesultanan Samudra Pasai.
2.
Tujuan Khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Awal
masuk Islam di Kesultanan Samudra Pasai, Proses berkembangnya Kesultanan
Samudra Pasai di segala bidang, Raja- raja yang berpengaruh di Kesultanan
Samudra Pasai, Puncak kejayaan Kesultanan Samudra Pasai, Kemunduran Kesultanan
Samudra Pasai, Peninggalan dari Kesultanan Samudra Pasai.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1.
Sejarah Kesultanan Samudra Pasai
Kedatangan Islam di berbagai
daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar abad ke-7 dan 8, Selat Malaka
sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya ke
negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina zaman
T’ang, pada abad-abad tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di
Kanton maupun di daerah Sumatera.
Di Sumatera, daerah yang
pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera.
Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari
Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa
pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera,
Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di
Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam di Pasai
mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan masyarakat. Di Pasai agama
Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau pedalaman
malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan. Dalam perkembangan
selanjutnya, berdirilah kerajaan Samudera Pasai.
Samudera Pasai didirikan oleh
Nizamudin Al-Kamil pada tahun 1267. Nizamudin Al-Kamil adalah seorang laksmana
angkatan laut dari Mesir sewaktu dinasti Fatimiyah berkuasa. Ia ditugaskan
untuk merebut pelabuhan Kambayat di Gujarat pada tahun 1238 M. Setelah itu, ia
mendirikan kerajaan Pasai untuk menguasai perdagangan Lada. Dinasti Fatimiyah
merupakan dinasti yang beraliran paham Syiah, maka bisa dianggap bahwa pada
waktu itu Kerajaan Pasai juga berpaham Syiah. Akan tetapi, pada saat ada
ekspansi ke daerah Sampar Kanan dan Sampar Kiri sang laksamana Nizamudin
Al-Kamil gugur.
Setelah keruntuhan dinasti
Fatimiyah yang beraliran Syiah pada tahun 1284, dinasti Mamuluk yang bermadzhab
Syafi’I berinisiatif mengambil alih kekuasaan Kerajaan Pasai. Selain untuk
menghilangkan pengaruh Syiah, penaklukan ini juga bertujuan untuk menguasai
pasar rempah-rempah dan lada dan pelabuhan Pasai. Maka, Syekh Ismail bersama
Fakir Muhammad menunaikan tugas tersebut. Mereka akhirnya dapat merebut Pasai.
Selanjutnya dinobatkanlah Marah Silu sebagai raja Samudera Pasai yang pertama oleh
Syekh Ismail. Setelah Marah Silu memeluk Islam dan dinobatkan menjadi raja, dia
diberi gelar “Malikus Saleh” pada tahun 1285. Nama ini adalah gelar yang
dipakai oleh pembangunan kerajaan Mamuluk yang pertama di Mesir yaitu “Al
Malikus Shaleh Ayub”.
Ada kisah-kisah menarik yang
diterangkan dalam Hikayat Raja Pasai seputar Marah Silu. Kisah-kisah ini nyaris
di luar nalar dan beraroma mistis. Seperti adanya sabda Rasulullah yang
menaubatkan berdirinya kerajaan Samudera Pasai ataupun kisah Merah Silu yang tanpa
diajari siapapun mampu membaca Al Quran 30 juz dengan sempurna. Terlepas dari
itu, Malik As Saleh kemudian berpindah paham, dari Syiah menjadi paham Syafi’i.
Maka aliran paham di Kerajaan Samudera Pasai yang semula Syiah berubah menjadi
paham Syafi’I yang sunni.
1.2.
Proses berkembangnya Kesultanan Samudra Pasai di segala bidang
Dengan timbulnya Kesultanan
Samudra Pasai maka Kesultanan Perlak mengalami kemunduran. Samudra Pasai tampil
sebagai bandar dagang utama di pantai timur Sumatra Utara. Samudra Pasai tidak
hanya menjadi pusat perdagangan lada ketika itu, tetapi juga sebagai pusat
pengembangan agama Islam bermazhab Syafi’i.
Pada masa pemerintahan Sultan
Malik Al Saleh berkembanglah agama Islam mazhab Syafi’i. Awalnya Sultan Malik
Al Saleh merupakan pemeluk Syi’ah yang di bawa dari pedagang-pedagang Gujarat
yang datang ke Indonesia pada abad 12. Pedagang-pedagang Gujarat bersama-sama
pedagang Arab dan Persia menetap di situ dan mendirikan kerajaan-kerajaan Islam
pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak di muara Sungai Perlak dan Kesultanan
Samudra Pasai di muara Sungai Pasai. Namun kemudian Sultan Malik Al Saleh
berpindah menjadi memeluk Islam bermazhab Syafi’i atas bujukan Syekh Ismail
yang merupakan utusan Dinasti Mameluk di Mesir yang beraliran mazhab Syafi’i.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh juga Samudra Pasai mendapat
kunjungan dari Marco Polo.
a. Kehidupan Politik
Raja pertama samudra pasai
sekaligus pendiri kerajaan adalah Marah silu bergelar sultan Malik al Saleh,
dan memerintah antara tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al
Saleh, kerajaan tersebut telah memiliki lembaga Negara yang teratur dengan
angkatan perang laut dan darat yang kuat, meskipun demikian, secara politik Kesultanan
Samudra Pasai masih berada dibawah kekuasaan Majapahit. Pada tahun 1295,
Sulthan malik al saleh menunjuk anaknya sebagai raja, yang kemudian dikenal
dengan Sultan Malik Al Zahir I (1297-1326), Pada masa pemerintahannya samudra
pasai berhasail menaklukkan kerajaan islam Perlak.Setelah sultan Malik Al Zahir
I mangkat, Pimpinan kerajaan diserahkan kepada Sultan ahmad laikudzahir yang
bergelar Sulthan Malik Al Zahir II (1326-1348)
b. Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang
strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun langsung ke dunia
maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang digunakan untuk
:
a. Menambah perbekalan untuk
pelayaran selanjutnya
b. Mengurus soal – soal atau
masalah – masalah perkapalan
c. Mengumpulkan barang – barang
dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
d. Menyimpan barang – barang
dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia
Tahun 1350 M merupakan masa
puncak kebesaran kerajaan Majapahit, masa itu juga merupakan masa kebesaran
Kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai juga berhubungan langsung
dengan Kerajaan Cina sebagai siasat untuk mengamankan diri dari ancaman
Kerajaan Siam yang daerahnya meliputi Jazirah Malaka.
Perkembangan ekonomi masyarakat
Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat, sehingga selalu menjadi perhatian
sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan di sekitarnya. Setelah Samudera
Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan ke
Bandar Malaka.
c. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat
Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan dan okum – okum Islam.
Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial
masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga
daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
1.3.
Raja- raja yang berpengaruh di Kesultanan Samudra Pasai
Kesultanan Samudra Pasai ini
merupakan kerajaan islam kedua sesudah Perlak. Sumber-sumber sejarah mengenai kerajaan
ini jauh lebih lengkap dibandingkan dengan kerajaan pertama. Disamping Hikayat,
berita-berita luar negeri, kerajaan ini juga meninggalkan peninggalan
arkeologis berupa prasasti yang dapat menjadi saksi utama mengenai telah
berdirinya kerajaan ini.
Menurut buku Daliman, Pendiri Kesultanan
Samudra Pasai adalah Sultan Malik Al Shaleh. Hal ini diketahui dengan pasti
dari prasasti yang terdapat dari batu nisan makamnya yang menyatakan bahwa
sultan Malik Al Shaleh ini meninggal pada bulan Ramadhan 676 tahun sesudah
hijrah Nabi atau 1297, jadi 5 tahun sesudah kunjungan Marcopolo ke negeri ini
dalam perjalanannya pulang dari Cina.
Tradisi dari hikayat raja-raja
Pasai menceritakan asal-usul Sultan Malik Al-Saleh. Sebelum menjadi raja dan
bergelar Sultan, raja ini semula adalah seorang marah dan bernama Marahsilu.
Ayah Marahsilu bernama Marah Gajah dan ibunya adalah Putri Betung. Putri Betung
mempunyai rambut pirang di kepalanya. Ketika rambut pirang itu dibantun oleh
Marah Gajah keluarlah darah putih. Setelah darah putih itu berhenti mengalir,
maka menghilanglah Putri Betung. Peristiwa itu didengar oleh ayah angkat Putri
Betung ialah Raja Muhammad. Raja Muhammad karena marah segera mengerahkan
orang-orangnya untuk mencari dan menangkap Marah Gajah. Marah Gajah yang takut
karena kehilangan Putri Betung menyingkir dan meminta perlindungan dari ayah
angkatnya pula yang bernama Raja Ahmad. Ternyata Raja Muhammad dan Raja Ahmad
adalah dua orang bersaudara. Tetapi karena peristiwa Putri Betung d atas, maka
kedua orang bersaudara itu akhirnya berperang. Keduanya tewas dan Marah Gajah
sendiri juga tewas terbunuh dalam peperangan. Putri Betung meninggalkan dua
orang putra yaitu Marah Sum dan Marah Silu, mereka berdua meninggalkan tempat
kediamannya dan mulai hidup mengembara. Marah Sum kemudian menjadi raja Biruen.
Sedang Marah Silu akhirnya dapat merebut rimba Jirun dan menjadi raja di situ.
Marah Slu mendirikan istana kerajaannya di atas bukit yang banyak didiami oleh
semut besar yang oleh rakyat di sekitarnya disebut Semut Dara (Samudra). Itulah
sebabnya maka negara itu kemudian dinamakan negara Samudra.
Semula Marah Silu adalah
penganut agama Islam aliran Syi’ah. Seperti kita ketahui bahwa agama Islam yang
berpengaruh di pantai timur Sumatra Utara pada waktu itu adalah agama Islam
aliran Syi’ah.
Untuk melenyapkan pengaruh
Syi’ah dan untuk kemudian mengembangkan Islam mahzab Syafi’i di pantai timur
Sumatra Utara, maka Dinasti Mameluk di Mesir yang beraliranmahzab Syafi’i pada
1254 mengirimkan Syekh Ismail ke pantai timur Sumatra Utara bersama Fakir
Muhammad, bekas ulama di pantai barat India. Di Samudra Pasai, Syekh Ismail
berhasil menemui Marah Silu dan berhasil pula membujukknya untk memeluk agama
Islam mahzab Syafi’i kemudian Syekh Ismail menobatkan Marah Silu sebagai Sultan
pertama di Kesultanan Samudra Pasai dan bergelar Sultan Malik Al-Saleh.
Pengikut Marah Silu yang bernama Sri Kaya dan Bawa Kaya ikut juga masuk mahzab
Syafi’i dan berganti nama pula menjadi Sidi Ali Khiauddin dan Sidi Ali
Hassanuddin.
Penobatan Marah Silu sebagai
Sultan pertama di Samudra Pasai oleh Syekh Ismail ini didasarkan atas beberapa
pertimbangan. Setelah Sultan Malik Al Saleh meninggal pada 1297 ia digantikan
oleh putranya, Sultan Muhammad, yang lebih terkenal dengan Sultan Malik Al
Tahir yang memerintah sampai tahun 1326. Kemudian ia digantikan oleh Sultan
Ahmad Bahian Syah Malik Al Tahir dan pada masa pemerintahan beliau Samudra
Pasai juga mendapat kunjungan dari Ibnu Batutah. Ibnu Battutah adalah seorang
dari Afrika Utara yang bekerja pada Sultan Delhi di India. Ia mengunjungi
Samudra Pasai dalam rangka singgah ketika melakukan perjalanannya ke Cina
sebagai utusan Sultan Delhi. Dalam catatan-catatan Ibnu Batutah kita dapat
mengetahui bagaimana peranan Samudra Pasai ketika perkembangannya. Sebagai
bandar utama perdagangan di pantai timur Sumatra Utara, Samudra Pasai banyak
didatangi oleh kapal-kapal dari India, Cina, dan dari daerah-daerah lain di
Indonesia.
Dalam sistem pemerintahanannya,
Samudra Pasai mengadopsi dari India dan Persia. Keraton dan Istana Kesultanan
Samudra Pasai dibangun bergaya arsitektur India. Pengaruh Persia dapat terlihat
dari gelar-gelar yang digunakan oleh pemerintahan kerajaan. Raja sendiri
menggunakan gelar syah, sedang patihnya yang mendampingi raja
bergelar amir, bahkan di antara pembesar-pembesar kerajaan terdapat
pula orang Persia.
1.4.
Puncak kejayaan Kesultanan Samudra Pasai
Puncak Kejayaan Samudra Pasai
Puncak kejayaan Kesultanan Samudra Pasai ini ditandai dengan adanya
perkembangan dibidang-bidang kehidupan Kesultanan Samudra Pasai, seperti ;
a. Di bidang perekonomian dan
perdagangan
Dalam segi ekonomi perkembangan
Kesultanan Samudra Pasai ini ditandai dengan sudah adanya mata uang yang
diciptakan sendiri untuk alat pembayaran yang terbuat dari emas, uang ini
dinamakan Dirham. Selain itu, ditandai juga dengan berkembangnya Kesultanan
Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan internasional pada masa pemerintahan
Sultan Malikul Dhahir, dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama.
Saat itu Pasai diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap
tahunnya, selain komoditas lain seperti sutra, kapur barus, dan emas yang
didatangkan dari daerah pedalaman. Bukan hanya perdagangan ekspor-impor yang
maju. Sebagai bandar dagang yang maju. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang
Pulau Jawa juga terjalin. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada.
Pedagang -pedagang Jawa mendapat kedudukan yang istimewa di pelabuhan Samudera
Pasai. Mereka dibebaskan dari pembayaran cukai.
b. Di bidang sosial dan budaya
Kehidupan sosial masyarakat
Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan–aturan dan hukum – hukum Islam.
Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial
masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga
daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah. Kerajaan Samudera Pasai
berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa orang berhasil
memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya mereka
dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya
disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai
(HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP
menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa
Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk
menuliskan buku-bukunya. Selain itu juga berkembang ilmu tasawuf yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.
c. Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn
Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur Tengah, telah berperan
penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan hal itu pula,
diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan agama
Islam sesuai dengan Mahzab Syafi'I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli
teologi Islam. Dengan raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk
Islam untuk menunjukan kesetiaan dan kepatuhannya kepada sang raja. Karena
wilayah kekuasaan Samudra Pasai yang cukup luas, sehingga penyebaran agama
Islam di wilayah Asia Tenggara menjadi luas.
d. Di bidang politik
Pada masa pemerintahan Sultan
Malik as-Shalih telah terjalin hubungan baik dengan Cina. Diberitakan bahwa
Cina telah meminta agar Raja Pasai untuk mengirimkan dua orang untuk dijadikan
duta untuk Cina yang bernama Sulaeman dan Snams-ad-Din. Selain dengan Cina, Kesultanan
Samudra Pasai juga menjalin hubungan baik dengan negeri-negeri Timur Tengah.
Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik az-Zahir, ahli agama mulai dari
berbagai negeri di Timur Tengah salah satunya dari Persi (Iran) yang bernama
Qadi Sharif Amir Sayyid dan Taj-al-Din dari Isfahan. Hubungan persahatan Kesultanan
Samudra Pasai juga terjalin dengan Malaka bahkan mengikat hubungan perkawinan.
1.5. Kemunduran Kesultanan Samudra
Pasai
1.
Faktor Interen Kemunduran
Kesultanan Samudra Pasai
·
Tidak Ada Pengganti yang
Cakap dan Terkenal Setelah Sultan Malik At Thahrir
Kerajaan
Samudera Pasai mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Malik At Tahrir, sistem pemerintahan
Samudera Pasai sudah teratur baik, Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan
internasional. Pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, China, dan Eropa
berdatangan ke Samudera Pasai. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau
Jawa juga terjalin erat. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada.
Setelah Sultan
Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap dalam meminmpin Kesultanan
Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran penyebaran agama Islam diambil alih
oleh kerajaan Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai semakin
lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi kerajaan yang mulai merintis menjadi
sebuah peradaban yang besar dan maju. Pemerintahan baru tersebut yakni Kerajaan
Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh
Darussalam sendiri dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan yang pernah
ada di Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra
Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura. Pada 1524, Kerajaan Aceh
Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah menyerang Kesultanan
Samudera Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran Kerajaan Samudera Pasai semakin
meredup sebelum benar-benar runtuh. Sejak saat itu, Kesultanan Samudera Pasai
berada di bawah kendali kuasa Kesultanan Aceh Darussalam.
·
Terjadi Perebutan kekuasaan
Pada tahun 1349 Sultan Ahmad
Bahian Syah malik al Tahir meninggal dunia dan digantikan putranya yang bernama
Sultan Zainal Abidin Bahian Syah Malik al-Tahir. Bagaimana pemerintahan Sultan
Zainal Abidin ini tidak banyak diketahui. Rupanya menjelang akhir abad ke-14
Samudra Pasai banyak diliputi suasana kekacauan karenaa terjadinya perebutan
kekuasaan, sebagai dapat diungkap dari berita-berita Cina. Beberapa faktor yang
menyebabkan runtuhnya Kesultanan Samudra Pasai, yaitu pemberontakan yang dilakukan
sekelompok orang yang ingin memberontak kepada pemerintahan Kesultanan Samudra
Pasai. Karena pemberontakan ini, menyebabkan beberapa pertikaian di Kesultanan
Samudra Pasai. Sehingga terjadilah perang saudara yang membuat pertumpahan
darah yang sia-sia. Untuk mengatasi hal ini, Sultan Kesultanan Samudra Pasai
waktu itu melakukan sesuatu hal yang bijak, yaitu meminta bantuan kepada Sultan
Malaka untuk segera menengahi dan meredam pemberontakan. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah
ditaklukkan oleh Portugal tahun1521 yang
sebelumnya telah menaklukan Malaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.
2.
Faktor Eksteren kemunduran Kesultanan
Samudra Pasai
·
Serangan dari Majapahit Tahun
1339
Kejayaan Kerajaan Samudera
Pasai mulai mengalami ancaman dari Kerajaan Majapahit dengan Gajah Mada sebagai
mahapatih. Gajah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan pada periode
1319-1321 Masehi oleh Raja Majapahit yang kala itu dijabat oleh Jayanegara. Pada
1331, Gajah Mada naik pangkat menjadi Mahapatih ketika Majapahit dipimpin oleh
Ratu Tribuana Tunggadewi. Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi Mahapatih
Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah Palapa, yaitu
bahwa Gajah Mada tidak akan menikmati buah palapa sebelum seluruh Nusantara
berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Mahapatih Gajah Mada rupanya
sedikit terusik mendengar kabar tentang kebesaran Kerajaan Samudera Pasai di
seberang lautan sana. Majapahit khawatir akan pesatnya kemajuan Kerajaan
Samudera Pasai. Oleh karena itu kemudian Gajah Mada mempersiapkan rencana
penyerangan Majapahit untuk menaklukkan Samudera Pasai. Desas-desus tentang
serangan tentara Majapahit, yang menganut agama Hindu Syiwa, terhadap kerajaan
Islam Samudera Pasai santer terdengar di kalangan rakyat di Aceh. Ekspedisi
Pamalayu armada perang Kerajaan Majapahit di bawah komando Mahapatih Gajah Mada
memulai aksinya pada 1350 dengan beberapa tahapan.
Serangan awal yang dilakukan
Majapahit di perbatasan Perlak mengalami kegagalan karena lokasi itu dikawal
ketat oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Namun, Gajah Mada tidak
membatalkan serangannya. Ia mundur ke laut dan mencari tempat lapang di pantai
timur yang tidak terjaga. Di Sungai Gajah, Gajah Mada mendaratkan pasukannya
dan mendirikan benteng di atas bukit, yang hingga sekarang dikenal dengan nama
Bukit Meutan atau Bukit Gajah Mada.
Gajah Mada menjalankan siasat
serangan dua jurusan, yaitu dari jurusan laut dan jurusan darat. Serangan lewat
laut dilancarkan terhadap pesisir di Lhokseumawe dan Jambu Air. Sedangkan
penyerbuan melalui jalan darat dilakukan lewat Paya Gajah yang terletak di
antara Perlak dan Pedawa. Serangan dari darat tersebut ternyata mengalami
kegagalan karena dihadang oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Sementara
serangan yang dilakukan lewat jalur laut justru dapat mencapai istana.
Selain alasan faktor politis,
serangan Majapahit ke Samudera Pasai dipicu juga karena faktor kepentingan
ekonomi. Kemajuan perdagangan dan kemakmuran rakyat Kerajaaan Samudera Pasai
telah membuat Gajah Mada berkeinginan untuk dapat menguasai kejayaan itu.
Ekspansi Majapahit dalam rangka menguasai wilayah Samudera Pasai telah
dilakukan berulangkali dan Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu bertahan
sebelum akhirnya perlahan-lahan mulai surut seiring semakin menguatnya pengaruh
Majapahit di Selat Malaka.
Hingga menjelang abad ke-16,
Kerajaan Samudera Pasai masih dapat mempertahankan peranannya sebagai bandar
yang mempunyai kegiatan perdagangan dengan luar negeri. Para ahli sejarah yang
menumpahkan minatnya pada perkembangan ekonomi mencatat bahwa Kerajaan Samudera
Pasai pernah menempati kedudukan sebagai sentrum kegiatan dagang internasional
di nusantara semenjak peranan Kedah berhasil dipatahkan.
Namun, kemudian peranan
Kerajaan Samudera Pasai yang sebelumnya sangat penting dalam arus perdagangan
di kawasan Asia Tenggara dan dunia mengalami kemerosotan dengan munculnya
bandar perdagangan Malaka di Semenanjung Melayu Bandar Malaka segera menjadi
primadona dalam bidang perdagangan dan mulai menggeser kedudukan Pasai. Tidak
lama setelah Malaka dibangun, kota itu dalam waktu yang singkat segera
dibanjiri perantau-perantau dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat yang
diperoleh Malaka tersebut, posisi dan peranan Kerajaan Samudera Pasai kian lama
semakin tersudut, nyaris seluruh kegiatan perniagaannya menjadi kendor dan
akhirnya benar-benar patah di tangan Malaka sejak tahun 1450. Apalagi ditambah
kedatangan Portugis yang berambisi menguasai perdagangan di Semenanjung Melayu.
Orang-orang Portugis yang pada 1521 berhasil menduduki Kesultanan Samudera
Pasai.
·
Berdirinya Bandar Malaka yang
Letaknya Lebih Strategis
Tercatat, selama abad 13 sampai
awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai salah satu kota di wilayah Selat
Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Pasai menjadi pusat
perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama.
Letak geografis kerajaan
samudera pasai terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera bagian utara berdekatan
dengan jalur pelayaran internasional (Selat Malaka). Letak Kerajaan Samudera
Pasai yang strategis, mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun langsung ke
dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar - bandar yang digunakan
untuk:
1) Menambah perbekalan pelayaran
selanjutnya
2) Mengurus masalah – masalah
perkapalan
3) Mengumpulkan barang – barang
dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
4) Menyimpan barang – barang
dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia.
Namun Setelah Kesultanan
Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka pusat perdagangan dipindahkan ke
Bandar Malaka. Dengan beralihnya pusat perdagangan ke Bandar Malaka maka
perekonomian di Bandar Malaka menjadi ramai karena letaknya yang lebih
strategis dibanding bandar-bandar di Samudra Pasai.
·
Serangan Portugis
Orang-orang Portugis
memanfaatkan keadaan Kesultanan Samudra Pasai yang sedang lemah ini karena
adanya berbagai perpecahan (kemungkinan karena politik / kekuasaan) dengan
menyerang Kesultanan Samudra Pasai hingga akhirnya Kesultanan Samudra Pasai
runtuh. Sebelumnya memang orang-orang Portugis telah menaklukan kerajaan
Malaka, yang merupakan kerajaan yang sering membantu Kesultanan Samudra Pasai
dan menjalin hubungan dengan Kesultanan Samudra Pasai.
Orang-orang Portugis datang ke
Malaka, karena telah mengetahui bahwa pelabuhan Malaka merupakan pelabuhan
transito yang banyak didatangi pedagang dari segala penjuru angin. Malaka
dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan itu diberikan mengingat
peranannya sebagai jalan lalu lintas bagi pedagang-pedagang asing yang hendak
masuk dan keluar pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Malaka pada akhir abad ke-15
dikunjungi oleh para saudagar yang datang dari Arab, India, Asia Tenggara dan
saudagar-saudagar Indonesia. Hal ini sangat menarik perhatian orang-orang
Portugis.
Maksud Portugis untuk menduduki
Malaka adalah untuk menguasai perdagangan melalui selat Malaka.Kedatangan
orang-orang Portugis di bawah pimpinan Diego Lopez de Squeira ke Malaka atas
perintah raja Portugis, bertujuan untuk membuat perjanjian-perjanjian dengan
penguasa-penguasa di Malaka. Perjanjian-perjanjian ini dimaksudkan untuk
memperoleh suatu izin perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Jadi
semboyan orang-orang Portugis untuk meluaskan daerah pengaruhnya tidak hanya
bermotif penyebaran agama akan tetapi terutama motif ekonomi.
2.6. Peninggalan dari Kesultanan
Samudra Pasai
1.
Peninggalan Kesultanan Samudra
Pasai
Di samping sebagai pusat
perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama
Islam. Banyak makam – makam para pemimpin Kesultanan Samudra Pasai yang
merupakan bukti nyata adanya Kesultanan Samudra Pasai. Beberapa makam terseut
adalah :
a. Makam Sultan Malik AL-Saleh
b. Makam Sultan Maulana Al Zhahir
c. Makam Nahriyah
d. Makam Teungku Sidi Abdullah
Tajul Nillah
e. Makam Naina Hasanuddin
f. Makam Perdana Menteri
g. Makam Teungku Peuet Ploh
Peuet
h. Makam Said Syarif
i. Makam Teungku Diboih
j. Makam Batte
BAB III
PENUTUP
3.1.
Simpulan
Kesultanan Samudra Pasai muncul
pada abad ke 13 Masehi ketika Kerajaan Sriwijaya hancur. Kota Kerajaan di sebut
Pasai, sekarang ini letaknya di Desa Beuringen Kec. Samudera Geudong Kab. Aceh
Utara Provinsi Aceh. Wilayah Kekuasaan Kesultanan Pase (Pasai) pada masa
kejayaannya sekitar abad ke 14
terletak di daerah yang diapit oleh dua sungai besar di pantai Utara Aceh,
yaitu sungai Peusangan dan sungai Jambo Aye, jelasnya Kesultanan Samudra Pasai adalah daerah aliran sungai yang hulunya berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo Kab. Aceh Tengah daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.
terletak di daerah yang diapit oleh dua sungai besar di pantai Utara Aceh,
yaitu sungai Peusangan dan sungai Jambo Aye, jelasnya Kesultanan Samudra Pasai adalah daerah aliran sungai yang hulunya berasal jauh ke pedalaman daratan tinggi Gayo Kab. Aceh Tengah daerah yang pertama kali disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera. Penyebabnya terdiri dari para mubaligh dan saudagar Islam yang datang dari Arab, Mesir, Persia dan Gujarat. Para saudagar ini banyak dijumpai di beberapa pelabuhan di Sumatera yaitu di Barus yang terletak di pesisir Barat Sumatera, Lamuri di pesisir Timur Sumatera dan di pesisir lainnya seperti di Perlak,yaitu sekitar tahun 674 Masehi.
Kehadiran agama Islam di Pasai
mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan masyarakat. Di Pasai agama
Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau pedalaman
malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan.
3.2.
Saran
Dari
keberadaanya kerajaan samudera pasai di wilayah nusantara pada masa yang lalu.
Maka kita wajib mensyukurinya. Maka kita harus mengetahui tentang awal
berdirinya suatu kerajaan dengan mengusung corak agama islam yang seperti kita
tahu bahwa islam menjadi negara mayoritas didunia. Kita bisa belajar tentang
bagaimana suatu kerajaan dalam memulai suatu pemerintahan hingga mencapai
puncak kejayaan yang memerlukan waktu yang sangat lama. Kita bisa mengambil
pelajaran dari peristiwa tersebut untuk kehidupan yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar