MAKALAH
SEJARAH POSTULAT EINSTEIN DAN
TRANSFORMASI LORENSTZ
DISUSUN OLEH :
1. HAIFA INA SYAHWITRI
2. RAMDES GINA ANTINA
3. RAMDES GINA ANTINI
SMA NEGERI 2 PRAYA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga pembuatan makalah yang berjudul “Sejarah Postulat Einstein dan Transformasi Lorentz” dapat terselesaikan.
Dalam pembuatan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan
terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
sehinggga kami dapat menyelesaikannya. Dalam pembuatan makalah ini kami
berharap semoga dapat bermanfaat kita semua.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini sangat kami harapkan.Apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah
ini, kami mohon maaf.
Praya, 12 Januari 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II: PEMBAHASAN
A. Sejerah Postulat Einstein
B. Sejarah Tranformasi Lorentz
BAB II: PEMBAHASAN
A. Sejerah Postulat Einstein
B. Sejarah Tranformasi Lorentz
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Manusia adalah spesies yang diciptakan oleh Tuhan dengan keingin-tahuan yang sangat besar, yang kemudian mendorongnya untuk menemukan pengetahuan yang kemudian dikenal dengan istilah “berfilsafat”.Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan, filosofi dianggap sudah tidak mengimbangi kemajuan terkini dalam sains, terutama fisika.Para ilmuwan telah menjadi pemegang obor penemuan dalam perjalanan pencarian pengetahuan.
Fisika abad ke-20 berbeda dangan fisika klasik.Terdapat dua perkembangan yang paling menyolok.Pertama, relativitas (kenisbian) oleh Albert Einstein pada 1905 dan teori kuantum oleh Max Planck pada 1900. Dua perkembangan ini adalah contoh revolusi ilmiah yang telah mengubah cara pandang manusia mengenai alam semesta secara mendasar.
Teori klasik Newton mengenai ruang dan waktu yang sebelumnya telah dipelajari, menyisakan keganjalan-keganjalan yang menggelitik rasa keingin- tahuan para ilmuwan untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan.Memasuki abad ke-19, Sebuah peristiwa yang cukup termahsyur yakni peristiwa dua orang kembar yang terpisah.Seseorang yang ada di bumi setelah berpuluh tahun lamanya mendapati saudara kembaranya yang telah melakukan perjalanan dari luar angkasa memiliki perberdaan umur dengan dirinya.Saudara kembarnya berumur lebih muda dari pada dirinya.Apa yang terjadi? Pertanyaan seperti ini tidak dapat di jawab dengan menggunakan teori ruang dan waktu oleh Newton yang menyatakan bahwa waktu adalah mutlak dimanapun tempatnya.
Oleh karena itu diperlukan suatu gagasan baru mengenai konsep ruang dan waktu serta pandangan baru mengenai konsep alam semesta.Untuk lebih memahami mengenai gagasan-gagasan dan pandangan terbaru mengenai alam semesta tersebut maka kita mempelajari teori terbaru di abad 19 yakni teori relativitas Einstein yaitu teori relativitas khusus.
Manusia adalah spesies yang diciptakan oleh Tuhan dengan keingin-tahuan yang sangat besar, yang kemudian mendorongnya untuk menemukan pengetahuan yang kemudian dikenal dengan istilah “berfilsafat”.Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan, filosofi dianggap sudah tidak mengimbangi kemajuan terkini dalam sains, terutama fisika.Para ilmuwan telah menjadi pemegang obor penemuan dalam perjalanan pencarian pengetahuan.
Fisika abad ke-20 berbeda dangan fisika klasik.Terdapat dua perkembangan yang paling menyolok.Pertama, relativitas (kenisbian) oleh Albert Einstein pada 1905 dan teori kuantum oleh Max Planck pada 1900. Dua perkembangan ini adalah contoh revolusi ilmiah yang telah mengubah cara pandang manusia mengenai alam semesta secara mendasar.
Teori klasik Newton mengenai ruang dan waktu yang sebelumnya telah dipelajari, menyisakan keganjalan-keganjalan yang menggelitik rasa keingin- tahuan para ilmuwan untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan.Memasuki abad ke-19, Sebuah peristiwa yang cukup termahsyur yakni peristiwa dua orang kembar yang terpisah.Seseorang yang ada di bumi setelah berpuluh tahun lamanya mendapati saudara kembaranya yang telah melakukan perjalanan dari luar angkasa memiliki perberdaan umur dengan dirinya.Saudara kembarnya berumur lebih muda dari pada dirinya.Apa yang terjadi? Pertanyaan seperti ini tidak dapat di jawab dengan menggunakan teori ruang dan waktu oleh Newton yang menyatakan bahwa waktu adalah mutlak dimanapun tempatnya.
Oleh karena itu diperlukan suatu gagasan baru mengenai konsep ruang dan waktu serta pandangan baru mengenai konsep alam semesta.Untuk lebih memahami mengenai gagasan-gagasan dan pandangan terbaru mengenai alam semesta tersebut maka kita mempelajari teori terbaru di abad 19 yakni teori relativitas Einstein yaitu teori relativitas khusus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah postulat eintein ?
2. Bagaimana sejarah tranformasi lorenst?
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah postulat eintein ?
2. Bagaimana sejarah tranformasi lorenst?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui sejarah postulat eintein?
2. Untuk mengetahui sejarah tranformasi lorenst?
Adapun tujuan penulisan makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui sejarah postulat eintein?
2. Untuk mengetahui sejarah tranformasi lorenst?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH POSTULAT EINSTEIN
Albert Einstein: Bagaimana Saya
Membangun Teori Relativitas
Siapa yang tidak kenal formula
Einstein E = mc2 atau paradoks si kembar yang mendapati saudara
kembarnya sudah jauh lebih tua setelah ia melakukan perjalanan dengan kecepatan
mendekati kecepatan cahaya? Namun tidak semua orang tahu kalau “keajaiban”
tersebut hanyalah bagian kecil dari teori relativitas Einstein, serta bagaimana
sebenarnya Einstein mendapatkan teori relativitas tersebut.
Pada tanggal 14 Desember 1922 Albert
Einstein menyampaikan kuliah umum di depan mahasiswa Kyoto Imperial University
tentang ide-ide yang melatar-belakangi lahirnya teori relativitas khusus dan
umum. Kuliah ini merupakan bagian dari lawatan Einstein ke Jepang selama 43
hari di penghujung tahun 1922 bersama istrinya Elsa. Lawatan ini cukup unik,
karena inilah satu-satunya lawatan Eistein ke Asia. Selama kunjungan tersebut,
Einstein memiliki jadwal yang sangat ketat, ia harus memberikan kuliah untuk
para profesional (fisikawan) serta publik umum.
Tahun berikutnya, catatan kuliah ini
diterbitkan oleh sebuah majalah bulanan Jepang yang bernama Kaizo. Prof.
Masahiro Morikawa dari Ochanomizu University menerjemahkan artikel tersebut ke
dalam bahasa Inggris dalam buletin Asosiasi Himpunan Fisikawan Asia Pasifik
yang terbit bulan April lalu. Seperti keyakinan Prof. Morikawa, saya pun
sependapat bahwa artikel ini selayaknya diketahui masyarakat. Satu hal penting
yang dapat kita pelajari dari kuliah ini adalah fakta bahwa sebagai manusia
biasa Einstein pernah hampir putus-asa karena sulitnya problem relativitas.
Namun kombinasi antara ketekunan, kerja keras, kejeniusan, hubungan baik dengan
sesama ilmuwan, serta keberuntungan yang ia miliki, merupakan faktor yang
akhirnya menentukan keberhasilan Einstein melahirkan kedua teori relativitas tersebut.
Hal ini tentu saja patut menjadi renungan bagi para ilmuwan di republik ini.
Berikut adalah terjemahan pidato
Einstein tersebut.
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk
menceritakan secara lengkap bagaimana saya mendapatkan teori relativitas. Hal
ini disebabkan oleh adanya beragam kompleksitas yang secara tidak langsung
memotivasi pemikiran manusia. Saya pun tidak ingin menyampaikan secara rinci
perkembangan pemikiran saya berdasarkan makalah-makalah ilmiah saya, namun saya
akan secara sederhana menyampaikan pada anda esensi perkembangan pemikiran
tersebut.
Pertamakali saya mendapatkan ide
untuk membangun teori relativitas sekitar 17 tahun lalu (1905). Saya tidak
dapat mengatakan secara eksak darimana ide semacam ini muncul, namun saya yakin
ide ini berasal dari masalah optik pada benda-benda yang bergerak. Cahaya
merambat dalam lautan ether dan bumi bergerak dalam ether yang sama. Oleh
karena itu gerakan ether haruslah dapat diamati dari bumi. Namun saya tidak
pernah menemukan satu bukti pengamatan aliran ether tersebut di dalam literatur
fisika. Saya sangat terdorong untuk membuktikan aliran ether relatif terhadap
bumi, dengan kata lain gerakan bumi di dalam ether. Pada saat itu saya sama
sekali tidak meragukan eksistensi ether serta gerakkan ether tersebut.
Sebenarnya saya mengharapkan kemungkinan pengamatan pada perbedaan antara
kecepatan cahaya yang bergerak searah dengan gerakan bumi dan cahaya yang
bergerak berlawanan (dengan bantuan pantulan cermin). Ide saya dapat
direalisasi dengan menggunakan sepasang termokopel untuk mengukur perbedaan
panas atau energi mereka. Ide ini mirip dengan eksperimen interferensi Albert
Michelson, namun saat itu saya tidak begitu familiar dengan eksperimen
Michelson. Saya berkenalan dengan hasil-nihil (null-result) eksperimen
Michelson saat saya masih mahasiswa dan sejak saat itu saya sangat terobsesi
dengan ide saya. Secara intuisi saya merasakan bahwa jika kita menerima
hasil-nihil tersebut maka ia akan mengantarkan kita pada satu kesimpulan bahwa
pandangan kita tentang bumi yang bergerak di dalam ether adalah salah. Ini
adalah langkah pertama yang menarik saya ke arah teori relativitas khusus.
Sejak saat itu saya mulai yakin bahwa jika bumi bergerak mengelilingi matahari
maka gerakannya tidak pernah dapat dideteksi dengan eksperimen yang menggunakan
cahaya.
Pada tahun 1895 saya membaca makalah
Hendrik Lorentz yang mengklaim bahwa ia dapat memecahkan problem
elektrodinamika seutuhnya melalui pendekatan pertama, yaitu suatu pendekatan
dimana pangkat dua atau lebih dari rasio antara kecepatan benda dan kecepatan
cahaya diabaikan. Setelah itu saya mencoba mengembangkan argumen Lorentz pada
hasil eksperimen Armand Fizeau dengan mengasumsikan bahwa persamaan gerak
elektron, sebagaimana telah dibuktikan Lorentz, berlaku dalam sistem koordinat
baik yang mengacu pada benda bergerak maupun pada vakuum. Saya yakin dengan
keabsahan elektrodinamika yang disusun oleh Maxwell dan Lorentz dan saya sangat
yakin bahwa mereka dengan tepat menjelaskan fenomena alam yang sebenarnya.
Lebih-lebih pada fakta bahwa persamaan yang sama berlaku dalam sistem koordinat
bergerak serta sistem vakuum, jelas memperlihatkan sifat invarian (tidak
berubah) cahaya. Walau demikian, kesimpulan ini bertentangan dengan hukum
komposisi kecepatan yang dianut saat itu. Mengapa kedua hukum dasar ini
bertentangan satu sama lain? Masalah besar ini membuat saya berfikir keras.
Saya harus menghabiskan setahun penuh dengan sia-sia dalam mengeksplorasi
kesempatan memodifikasi teori Lorentz. Masalah ini terlihat terlalu berat untuk
saya!
Suatu hari, sebuah percakapan dengan
teman saya di Bern membantu saya memecahkan masalah besar ini. Saya
mengunjunginya pada hari yang cerah dan bertanya padanya: “Saat ini saya sedang
dihadapkan pada masalah besar yang saya kira tidak pernah dapat diselesaikan.
Sekarang saya ingin membagi masalah ini dengan anda.” Saya menghabiskan
pelbagai diskusi dengannya. Tiba-tiba saya mendapatkan ide yang sangat penting.
Esoknya saya katakan kepadanya : “Terimakasih banyak. Saya telah memecahkan
seluruh masalah saya.”
Ide utama saya untuk pemecahan
masalah ini berkenaan dengan konsep waktu. Waktu tidak boleh didefinisikan a
priori sebagai suatu realitas absolut. Waktu haruslah bergantung pada kecepatan
sinyal. Masalah besar ini dapat diselesaikan dengan konsep baru tentang waktu.
Hanya dalam lima minggu saya dapat
menyelesaikan prinsip relativitas khusus setelah penemuan tersebut. Saya juga
tidak memiliki keraguan akan keabsahan prinsip ini dari sisi filosopis.
Lagipula prinsip ini sesuai dengan prinsip Mach, paling tidak sebagian jika
dibandingkan dengan kesuksesan teori relativitas umum. Inilah cara saya
membangun teori relativitas khusus.
Langkah pertama menuju teori
relativitas umum muncul dua tahun kemudian (1907) dengan cara yang berbeda.
Saya tidak terlalu puas dengan teori
relativitas khusus karena prinsip relativitas hanya terbatas pada gerak relatif
dengan kecepatan konstan namun tidak dapat diaplikasikan pada gerak secara
umum. Pada tahun 1907 saya diminta oleh Johannes Stark untuk menulis ulasan tentang
pelbagai hasil eksperimen dari teori relativitas khusus dalam laporan
tahunannya Jahrbuch der Radioaktivitaet und Elektronik. Ketika diminta untuk
menulis artikel ini saya sadar bahwa teori relativitas khusus dapat diterapkan
pada semua fenomena alam kecuali gravitasi. Saya benar-benar ingin mencari
jalan untuk menerapkan teori ini pada kasus gravitasi. Namun saya tidak dapat
menyelesaikan hal ini dengan mudah. Satu hal yang membuat saya frustrasi adalah
fakta bahwa meski teori relativitas khusus memberikan relasi yang sempurna
antara kelembaman dan energi, sementara relasi antara kelembaman dan berat
(inersia dan sistem gravitasi) tidak tersentuh sama sekali. Saya curiga bahwa
masalah ini berada jauh di luar cakupan teori relativitas khusus.
Suatu hari saya sedang duduk di atas
sebuah kursi di Kantor Paten Swiss di Bern. Inilah saatnya sebuah ide cemerlang
melintas di benak saya. “Seseorang yang jatuh bebas tidak akan mengetahui berat
badannya.” Ide sederhana ini memberi saya pemikiran yang mendalam. Emosi liar
yang melanda saya saat itu mendorong saya ke arah teori gravitasi. Saya kembali
berfikir, “Seseorang yang jatuh bebas memiliki percepatan.” Pengamatan yang
dilakukan oleh orang ini sebenarnya dilakukan pada sistem yang dipercepat. Saya
memutuskan untuk memperluas prinsip relativitas dengan memasukkan percepatan.
Saya juga berharap, dengan menggeneralisasi teori ini saya akan sekaligus
memecahkan masalah gravitasi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa orang yang
jatuh bebas tidak merasakan berat badannya akibat adanya medan gravitasi lain
yang menghilangkan medan gravitasi bumi. Dengan kata lain, setiap benda yang
dipercepat membutuhkan medan gravitasi baru.
Meski demikian saya tidak dapat
memecahkan masalah ini secara utuh. Delapan tahun saya habiskan untuk
menurunkan relasi yang nyata. Sebelum itu, saya hanya mendapatkan
potongan-potongan dasar teori tersebut.
Ernst Mach juga mengklaim prinsip
ekivalensi antar sistem-sistem yang dipercepat. Namun jelas hal ini tidak cocok
dengan geometri biasa. Hal ini disebabkan karena jika sistem-sitem semacam ini
diizinkan, maka geometri Euclidean tidak berlaku di setiap sistem. Menjelaskan
hukum fisika tanpa geometri sama saja dengan menjelaskan suatu pemikiran tanpa
kata-kata. Kita harus mempersiapkan kata-kata tersebut sebelum kita dapat
menjelaskan pemikiran kita. Jadi, apa yang harus saya letakkan sebagai landasan
teori saya?
Masalah ini tetap tak terselesaikan
hingga tahun 1912. Pada tahun itu saya menyadari bahwa teori permukaan Karl
Friedrich Gauss dapat menjadi dasar yang baik untuk memecahkan misteri di atas.
Bagi saya, koordinat permukaan Gauss merupakan peralatan yang sangat penting.
Namun saya tidak mengetahui bahwa George Riemann sebelumnya telah mengembangkan
dasar-dasar geometri yang sangat mendalam. Saya hanya ingat teori Gauss yang
saya dapat dalam kuliah dari seorang dosen matematika bernama Carl Friedrich
Geiser ketika saya masih mahasiswa. Jadi saya semakin yakin bahwa sifat-sifat
dasar dari geometri haruslah memiliki arti fisis.
Sekembalinya saya ke Zurich dari
Praha saya menemui teman dekat saya, seorang ahli matematika, Marcel Grossmann.
Ia membantu saya mencarikan referensi-referensi matematika yang agak asing bagi
saya ketika saya masih di kantor paten Swiss di Bern. Inilah untuk pertamakali
saya belajar darinya hasil karya Curbastro Ricci serta makalah-makalah Riemann.
Saya tanyakan kepadanya apakah masalah saya dapat diselesaikan dengan teori
Riemann, yaitu apakah invarian dari elemen garis cukup untuk menentukan seluruh
koefisien yang saya cari. Selanjutnya, saya berkolaborasi dengannya dalam
menulis sebuah makalah pada tahun 1913, meski persamaan gravitasi yang
sesungguhnya belum dapat diturunkan saat itu. Penyelidikan lebih lanjut dengan
menggunakan teori Riemann, sayangnya, menghasilkan banyak kesimpulan yang
bertentangan dengan harapan saya.
Dua tahun berikutnya berlalu saat
saya masih memutar otak untuk memecahkan masalah ini. Pada akhirnya saya
menemukan satu kesalahan pada perhitungan saya sebelumnya. Saya kembali mencoba
menurunkan persamaan gravitasi yang benar berdasarkan teori invarian. Setelah
dua minggu bekerja, jawaban akhir muncul di depan saya.
Setelah tahun 1915 saya mulai
mengerjakan problem kosmologi. Riset yang saya lakukan menyangkut geometri dan
waktu jagad raya. Riset ini didasarkan pada pembahasan syarat batas teori
relativitas umum dan argumen kelembaman Mach. Meski saya tidak mengetahui
sejauh mana dampak ide Mach pada substansi relativitas umum dari kelembaman,
saya yakin bahwa pemikiran besar ini merupakan filosopi dasar saya.
Mula-mula saya mencoba membuat
syarat batas persamaan gravitasi menjadi invarian. Belakangan saya bahkan dapat
menghilangkan batasan ini dengan asumsi bahwa jagad raya bersifat tertutup.
Dengan demikian saya berhasil memecahkan masalah kosmologi. Sebagai hasilnya
diperoleh bahwa kelembaman muncul sebagai satu sifat relatif di antara materi
dan haruslah lenyap jika tidak ada benda lain yang berinteraksi dengannya. Saya
yakin jika sifat penting ini membuat teori relativitas umum memuaskan kita bahkan
dalam pandangan epistemologi sekalipun.
Dengan ini saya ingin mengakhiri
cerita singkat saya tentang bagaimana saya membangun teori relativitas.
Terimakasih banyak.Siapa yang tidak kenal formula Einstein E = mc2 atau
paradoks si kembar yang mendapati saudara kembarnya sudah jauh lebih tua
setelah ia melakukan perjalanan dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya?
Namun tidak semua orang tahu kalau “keajaiban” tersebut hanyalah bagian kecil
dari teori relativitas Einstein, serta bagaimana sebenarnya Einstein
mendapatkan teori relativitas tersebut.
Pada tanggal 14 Desember 1922 Albert Einstein menyampaikan kuliah umum di depan mahasiswa Kyoto Imperial University tentang ide-ide yang melatar-belakangi lahirnya teori relativitas khusus dan umum. Kuliah ini merupakan bagian dari lawatan Einstein ke Jepang selama 43 hari di penghujung tahun 1922 bersama istrinya Elsa. Lawatan ini cukup unik, karena inilah satu-satunya lawatan Eistein ke Asia. Selama kunjungan tersebut, Einstein memiliki jadwal yang sangat ketat, ia harus memberikan kuliah untuk para profesional (fisikawan) serta publik umum.
Tahun berikutnya, catatan kuliah ini
diterbitkan oleh sebuah majalah bulanan Jepang yang bernama Kaizo. Prof.
Masahiro Morikawa dari Ochanomizu University menerjemahkan artikel tersebut ke
dalam bahasa Inggris dalam buletin Asosiasi Himpunan Fisikawan Asia Pasifik
yang terbit bulan April lalu. Seperti keyakinan Prof. Morikawa, saya pun
sependapat bahwa artikel ini selayaknya diketahui masyarakat. Satu hal penting
yang dapat kita pelajari dari kuliah ini adalah fakta bahwa sebagai manusia
biasa Einstein pernah hampir putus-asa karena sulitnya problem relativitas.
Namun kombinasi antara ketekunan, kerja keras, kejeniusan, hubungan baik dengan
sesama ilmuwan, serta keberuntungan yang ia miliki, merupakan faktor yang
akhirnya menentukan keberhasilan Einstein melahirkan kedua teori relativitas
tersebut. Hal ini tentu saja patut menjadi renungan bagi para ilmuwan di
republik ini.
Berikut adalah terjemahan pidato
Einstein tersebut.
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk
menceritakan secara lengkap bagaimana saya mendapatkan teori relativitas. Hal
ini disebabkan oleh adanya beragam kompleksitas yang secara tidak langsung
memotivasi pemikiran manusia. Saya pun tidak ingin menyampaikan secara rinci
perkembangan pemikiran saya berdasarkan makalah-makalah ilmiah saya, namun saya
akan secara sederhana menyampaikan pada anda esensi perkembangan pemikiran
tersebut.
Pertamakali saya mendapatkan ide
untuk membangun teori relativitas sekitar 17 tahun lalu (1905). Saya tidak
dapat mengatakan secara eksak darimana ide semacam ini muncul, namun saya yakin
ide ini berasal dari masalah optik pada benda-benda yang bergerak. Cahaya
merambat dalam lautan ether dan bumi bergerak dalam ether yang sama. Oleh karena
itu gerakan ether haruslah dapat diamati dari bumi. Namun saya tidak pernah
menemukan satu bukti pengamatan aliran ether tersebut di dalam literatur
fisika. Saya sangat terdorong untuk membuktikan aliran ether relatif terhadap
bumi, dengan kata lain gerakan bumi di dalam ether. Pada saat itu saya sama
sekali tidak meragukan eksistensi ether serta gerakkan ether tersebut.
Sebenarnya saya mengharapkan kemungkinan pengamatan pada perbedaan antara
kecepatan cahaya yang bergerak searah dengan gerakan bumi dan cahaya yang
bergerak berlawanan (dengan bantuan pantulan cermin). Ide saya dapat
direalisasi dengan menggunakan sepasang termokopel untuk mengukur perbedaan
panas atau energi mereka. Ide ini mirip dengan eksperimen interferensi Albert
Michelson, namun saat itu saya tidak begitu familiar dengan eksperimen
Michelson. Saya berkenalan dengan hasil-nihil (null-result) eksperimen
Michelson saat saya masih mahasiswa dan sejak saat itu saya sangat terobsesi
dengan ide saya. Secara intuisi saya merasakan bahwa jika kita menerima
hasil-nihil tersebut maka ia akan mengantarkan kita pada satu kesimpulan bahwa
pandangan kita tentang bumi yang bergerak di dalam ether adalah salah. Ini
adalah langkah pertama yang menarik saya ke arah teori relativitas khusus.
Sejak saat itu saya mulai yakin bahwa jika bumi bergerak mengelilingi matahari
maka gerakannya tidak pernah dapat dideteksi dengan eksperimen yang menggunakan
cahaya.
Pada tahun 1895 saya membaca makalah
Hendrik Lorentz yang mengklaim bahwa ia dapat memecahkan problem
elektrodinamika seutuhnya melalui pendekatan pertama, yaitu suatu pendekatan
dimana pangkat dua atau lebih dari rasio antara kecepatan benda dan kecepatan
cahaya diabaikan. Setelah itu saya mencoba mengembangkan argumen Lorentz pada
hasil eksperimen Armand Fizeau dengan mengasumsikan bahwa persamaan gerak
elektron, sebagaimana telah dibuktikan Lorentz, berlaku dalam sistem koordinat
baik yang mengacu pada benda bergerak maupun pada vakuum. Saya yakin dengan
keabsahan elektrodinamika yang disusun oleh Maxwell dan Lorentz dan saya sangat
yakin bahwa mereka dengan tepat menjelaskan fenomena alam yang sebenarnya.
Lebih-lebih pada fakta bahwa persamaan yang sama berlaku dalam sistem koordinat
bergerak serta sistem vakuum, jelas memperlihatkan sifat invarian (tidak
berubah) cahaya. Walau demikian, kesimpulan ini bertentangan dengan hukum
komposisi kecepatan yang dianut saat itu. Mengapa kedua hukum dasar ini
bertentangan satu sama lain? Masalah besar ini membuat saya berfikir keras.
Saya harus menghabiskan setahun penuh dengan sia-sia dalam mengeksplorasi
kesempatan memodifikasi teori Lorentz. Masalah ini terlihat terlalu berat untuk
saya!
Suatu hari, sebuah percakapan dengan
teman saya di Bern membantu saya memecahkan masalah besar ini. Saya
mengunjunginya pada hari yang cerah dan bertanya padanya: “Saat ini saya sedang
dihadapkan pada masalah besar yang saya kira tidak pernah dapat diselesaikan.
Sekarang saya ingin membagi masalah ini dengan anda.” Saya menghabiskan
pelbagai diskusi dengannya. Tiba-tiba saya mendapatkan ide yang sangat penting.
Esoknya saya katakan kepadanya : “Terimakasih banyak. Saya telah memecahkan
seluruh masalah saya.”
Ide utama saya untuk pemecahan
masalah ini berkenaan dengan konsep waktu. Waktu tidak boleh didefinisikan a
priori sebagai suatu realitas absolut. Waktu haruslah bergantung pada kecepatan
sinyal. Masalah besar ini dapat diselesaikan dengan konsep baru tentang waktu.
Hanya dalam lima minggu saya dapat
menyelesaikan prinsip relativitas khusus setelah penemuan tersebut. Saya juga
tidak memiliki keraguan akan keabsahan prinsip ini dari sisi filosopis.
Lagipula prinsip ini sesuai dengan prinsip Mach, paling tidak sebagian jika
dibandingkan dengan kesuksesan teori relativitas umum. Inilah cara saya membangun
teori relativitas khusus.
Langkah pertama menuju teori
relativitas umum muncul dua tahun kemudian (1907) dengan cara yang berbeda.
Saya tidak terlalu puas dengan teori
relativitas khusus karena prinsip relativitas hanya terbatas pada gerak relatif
dengan kecepatan konstan namun tidak dapat diaplikasikan pada gerak secara
umum. Pada tahun 1907 saya diminta oleh Johannes Stark untuk menulis ulasan
tentang pelbagai hasil eksperimen dari teori relativitas khusus dalam laporan
tahunannya Jahrbuch der Radioaktivitaet und Elektronik. Ketika diminta untuk
menulis artikel ini saya sadar bahwa teori relativitas khusus dapat diterapkan
pada semua fenomena alam kecuali gravitasi. Saya benar-benar ingin mencari
jalan untuk menerapkan teori ini pada kasus gravitasi. Namun saya tidak dapat
menyelesaikan hal ini dengan mudah. Satu hal yang membuat saya frustrasi adalah
fakta bahwa meski teori relativitas khusus memberikan relasi yang sempurna
antara kelembaman dan energi, sementara relasi antara kelembaman dan berat
(inersia dan sistem gravitasi) tidak tersentuh sama sekali. Saya curiga bahwa
masalah ini berada jauh di luar cakupan teori relativitas khusus.
Suatu hari saya sedang duduk di atas
sebuah kursi di Kantor Paten Swiss di Bern. Inilah saatnya sebuah ide cemerlang
melintas di benak saya. “Seseorang yang jatuh bebas tidak akan mengetahui berat
badannya.” Ide sederhana ini memberi saya pemikiran yang mendalam. Emosi liar
yang melanda saya saat itu mendorong saya ke arah teori gravitasi. Saya kembali
berfikir, “Seseorang yang jatuh bebas memiliki percepatan.” Pengamatan yang
dilakukan oleh orang ini sebenarnya dilakukan pada sistem yang dipercepat. Saya
memutuskan untuk memperluas prinsip relativitas dengan memasukkan percepatan.
Saya juga berharap, dengan menggeneralisasi teori ini saya akan sekaligus
memecahkan masalah gravitasi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa orang yang
jatuh bebas tidak merasakan berat badannya akibat adanya medan gravitasi lain
yang menghilangkan medan gravitasi bumi. Dengan kata lain, setiap benda yang
dipercepat membutuhkan medan gravitasi baru.
Meski demikian saya tidak dapat
memecahkan masalah ini secara utuh. Delapan tahun saya habiskan untuk
menurunkan relasi yang nyata. Sebelum itu, saya hanya mendapatkan
potongan-potongan dasar teori tersebut.
Ernst Mach juga mengklaim prinsip
ekivalensi antar sistem-sistem yang dipercepat. Namun jelas hal ini tidak cocok
dengan geometri biasa. Hal ini disebabkan karena jika sistem-sitem semacam ini
diizinkan, maka geometri Euclidean tidak berlaku di setiap sistem. Menjelaskan
hukum fisika tanpa geometri sama saja dengan menjelaskan suatu pemikiran tanpa
kata-kata. Kita harus mempersiapkan kata-kata tersebut sebelum kita dapat
menjelaskan pemikiran kita. Jadi, apa yang harus saya letakkan sebagai landasan
teori saya?
Masalah ini tetap tak terselesaikan
hingga tahun 1912. Pada tahun itu saya menyadari bahwa teori permukaan Karl
Friedrich Gauss dapat menjadi dasar yang baik untuk memecahkan misteri di atas.
Bagi saya, koordinat permukaan Gauss merupakan peralatan yang sangat penting.
Namun saya tidak mengetahui bahwa George Riemann sebelumnya telah mengembangkan
dasar-dasar geometri yang sangat mendalam. Saya hanya ingat teori Gauss yang
saya dapat dalam kuliah dari seorang dosen matematika bernama Carl Friedrich
Geiser ketika saya masih mahasiswa. Jadi saya semakin yakin bahwa sifat-sifat
dasar dari geometri haruslah memiliki arti fisis.
Sekembalinya saya ke Zurich dari
Praha saya menemui teman dekat saya, seorang ahli matematika, Marcel Grossmann.
Ia membantu saya mencarikan referensi-referensi matematika yang agak asing bagi
saya ketika saya masih di kantor paten Swiss di Bern. Inilah untuk pertamakali
saya belajar darinya hasil karya Curbastro Ricci serta makalah-makalah Riemann.
Saya tanyakan kepadanya apakah masalah saya dapat diselesaikan dengan teori
Riemann, yaitu apakah invarian dari elemen garis cukup untuk menentukan seluruh
koefisien yang saya cari. Selanjutnya, saya berkolaborasi dengannya dalam
menulis sebuah makalah pada tahun 1913, meski persamaan gravitasi yang
sesungguhnya belum dapat diturunkan saat itu. Penyelidikan lebih lanjut dengan
menggunakan teori Riemann, sayangnya, menghasilkan banyak kesimpulan yang
bertentangan dengan harapan saya.
Dua tahun berikutnya berlalu saat
saya masih memutar otak untuk memecahkan masalah ini. Pada akhirnya saya
menemukan satu kesalahan pada perhitungan saya sebelumnya. Saya kembali mencoba
menurunkan persamaan gravitasi yang benar berdasarkan teori invarian. Setelah
dua minggu bekerja, jawaban akhir muncul di depan saya.
Setelah tahun 1915 saya mulai
mengerjakan problem kosmologi. Riset yang saya lakukan menyangkut geometri dan
waktu jagad raya. Riset ini didasarkan pada pembahasan syarat batas teori
relativitas umum dan argumen kelembaman Mach. Meski saya tidak mengetahui
sejauh mana dampak ide Mach pada substansi relativitas umum dari kelembaman,
saya yakin bahwa pemikiran besar ini merupakan filosopi dasar saya.
Mula-mula saya mencoba membuat
syarat batas persamaan gravitasi menjadi invarian. Belakangan saya bahkan dapat
menghilangkan batasan ini dengan asumsi bahwa jagad raya bersifat tertutup.
Dengan demikian saya berhasil memecahkan masalah kosmologi. Sebagai hasilnya
diperoleh bahwa kelembaman muncul sebagai satu sifat relatif di antara materi
dan haruslah lenyap jika tidak ada benda lain yang berinteraksi dengannya. Saya
yakin jika sifat penting ini membuat teori relativitas umum memuaskan kita
bahkan dalam pandangan epistemologi sekalipun.
B. SEJARAH
TRANSFORMASI LORENTZ
Sejarah transformasi
Lorentz terdiri
dari pengembangan transformasi linear yang membentuk kelompok
Lorentz atau kelompok Poincaré yang menjaga interval
Lorentz dan produk
dalam Minkowski .
Dalam matematika , transformasi yang
setara dengan apa yang kemudian dikenal sebagai transformasi Lorentz dalam
berbagai dimensi dibahas pada abad ke-19 sehubungan dengan teori bentuk kuadrat , geometri
hiperbolik , geometri Möbius , dan geometri
bola ,
yang terhubung dengan fakta bahwa kelompok tersebut gerakan
di ruang hiperbolik , kelompok Möbius atau kelompok
linier khusus projektif , dan kelompok
Laguerre adalah isomorfik untuk kelompok
Lorentz .
Dalam fisika , transformasi Lorentz
mulai dikenal pada awal abad ke-20, ketika diketahui bahwa mereka menunjukkan
simetri persamaan
Maxwell . Selanjutnya, mereka menjadi fundamental bagi semua fisika, karena
mereka membentuk dasar relativitas
khusus di
mana mereka menunjukkan simetri ruangwaktu
Minkowski ,
membuat kecepatan
cahaya yang berbeda
antara kerangka inersia yang berbeda. Mereka menghubungkan koordinat
ruangwaktu dari dua kerangka
acuan inersia sewenang-wenang
dengan kecepatan relatif konstan v . Dalam satu bingkai, posisi suatu peristiwa diberikan oleh x,
y, z dan waktu t , sedangkan di bingkai lainnya acara
yang sama memiliki koordinat x ′, y ′, z ′ dan t ′ .
Transformasi Lorentz yang
paling umum
Bentuk kuadratik umum q
(x) dengan koefisien matriks simetris A , bentuk bilinear terkait b
(x, y) , dan transformasi linear dari q (x) dan b (x, y) menjadi q
(x ′) dan b (x ′, y ′) menggunakan matriks transformasi g , dapat ditulis sebagai [1]
Kasus n = 1 adalah bentuk kuadratik biner yang diperkenalkan oleh Lagrange
(1773) dan Gauss (1798/1801) , n
= 2 adalah bentuk kuadratik ternary yang diperkenalkan oleh Gauss
(1798/1801) , n = 3 adalah
bentuk kuadener kuartener dll .
Transformasi Lorentz umum mengikuti dari
( Q1 )
dengan menetapkan A = A ′ = diag (-1,1, ..., 1)
dan det g = ± 1. Ini membentuk kelompok ortogonal tidak terbatas yang disebut kelompok Lorentz O (1, n), sedangkan kasus
det g = + 1 membentuk kelompok Lorentz SO
yang terbatas (1, n). Bentuk kuadrat q (x) menjadi interval Lorentz dalam
hal bentuk kuadrat tak tentu dari ruang Minkowski (menjadi
kasus khusus ruang pseudo-Euclidean ), dan bentuk bilinear terkait b (x) menjadi produk dalam Minkowski : [2
] [3]
Transformasi Lorentz umum ( 1a ) untuk berbagai dimensi digunakan oleh Gauss
(1818) , Jacobi
(1827, 1833) , Lebesgue
(1837) , Bour
(1856) , Somov
(1863) , Hill
(1882) untuk menyederhanakan perhitungan fungsi elips dan
integral. [4] [5] Mereka juga digunakan oleh Poincaré
(1881) , Cox
(1881/82) , Picard
(1882, 1884) , Pembunuhan
(1885, 1893) , Gérard
(1892) , Hausdorff
(1899) , Woods
(1901) , 1903) , Liebmann
(1904/05) untuk menggambarkan gerakan hiperbolik (yaitu gerakan kaku pada bidang hiperbolik atau ruang hiperbolik ),
yang dinyatakan dalam koordinat Weierstrass dari model hiperboloid yang memuaskan relasi atau dalam hal metrik geometri projektif Cayley-Klein menggunakan bentuk "absolut" . [M
1] [6] [7] Selain itu, transformasi sangat kecil terkait dengan aljabar Lie dari
kelompok gerakan hiperbolik diberikan dalam hal koordinat Weierstrass oleh Killing
(1888-1897) .
Jika x i , x in i dalam ( 1a ) ditafsirkan sebagai koordinat homogen , maka Koordinat tidak homogen yang sesuai u, maka diikuti
Sehingga transformasi Lorentz menjadi homografi yang meninggalkan
persamaan unit bola ,
yang oleh John Lighton Synge disebut "formula paling umum untuk komposisi
kecepatan" dalam hal relativitas khusus (matriks transformasi g tetap
sama seperti pada ( 1a )):
Transformasi Lorentz untuk berbagai dimensi
digunakan oleh Gauss
(1818) , Jacobi
(1827–1833) , Lebesgue
(1837) , Bour
(1856) , Somov
(1863) , Hill
(1882) , Callandreau
(1885) untuk menyederhanakan perhitungan fungsi
elips dan integral, oleh Picard
(1882-1884) dalam kaitannya dengan bentuk kuadrat Hermitian ,
atau oleh Woods
(1901, 1903) dalam hal model geometri
hiperbolik Beltrami-Klein . Selain itu, transformasi sangat kecil dalam hal aljabar Lie dari
kelompok gerakan hiperbolik meninggalkan invarian unit sphere diberikan oleh Lie
(1885-1893) dan Werner (1889) dan Killing
(1888-1897) .
Bentuk khusus transformasi Lorentz atau
penambahan kecepatan relativistik, sebagian besar terbatas pada 2, 3 atau 4
dimensi, telah dirumuskan oleh banyak penulis menggunakan:
·
§
geometri dan fungsi hiperbolik - Lambert
(1768-1770) , Taurinus
(1826) , Beltrami
(1868) , Escherich
(1874) , Cox
(1882) , Lindemann
(1890/91) , Gérard
(1892) , Membunuh
(1893, 1897) / 98) , Whitehead
(1897/98) , Schur
(1885.100) , Woods
(1903/05) , Liebmann
(1904/05)
·
§
kecepatan - Voigt
(1887) , Lorentz
(1892, 1895) , Larmor
(1897, 1900) , Lorentz
(1899, 1904) , Poincaré
(1905) , Einstein
(1905) , Minkowski
(1907-1908) , Varićak
(1910) , Herglotz
(1909/10) , Ignatowski
(1910) , Herglotz
(1911) dan Silberstein (1911)
·
§
transformasi gelombang bola - Lie
(1871) , Laguerre
(1882) , Stephanos
(1883) , Darboux
(1887) , Scheffers
(1899) , Smith
(1900) , Bateman
& Cunningham (1909–1910)
·
§
Parameter Cayley – Hermite - Hermite
(1854) , Cayley
(1855) , Bachmann
(1869) , Laguerre
(1882) , Darboux
(1887) , Smith
(1900) , Borel
(1913)
·
§
Parameter Cayley – Klein - Gauss
(1800) , Cayley
(1854) , Jual
(1873) , Poincaré
(1881) , Klein
(1884, 1889/90, 1896/97) , Bianchi
(1888) , Fricke
(1891) , Woods
(1895) , Hausdorff
(1899) , Herglotz
(1909/10)
·
§
angka empat dan angka hiperbolik - Cox
(1882/83) , Stephanos
(1883) , Buchheim
(1884/85) , Lipschitz
(1885/86) , Macfarlane
(1892, 1894, 1900) , Vahlen
(1901/02, 1905) , Noether
(1910), Klein (1910), Conway (1911), Silberstein (1911)
·
§
fungsi trigonometri - Bianchi
(1886, 1894) , Darboux
(1891) , Scheffers
(1899) , Eisenhart
(1905) , Gruner
(1921)
·
§
memetakan pemetaan - Kebohongan
(1879–1881) , Bianchi
(1886, 1894) , Darboux
(1891/94) , Eisenhart
(1905)
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Relativitas Einstein muncul dari
kesenjangan mekanika Newton tentang perilaku zat (eter).Pembuktian yang
dilakukan oleh Einstein yaitu kecepatan relatif, kontraksi panjang, dilatasi
waktu, dan masa dan energi relatif.Teori relativitas khusus menyatukan ruang
dan waktu menjadi ruang-waktu.Teori ini menyatakan adanya pemuluran waktu
sehingga waktu dinyatakan sebagai dimensi keempat yang memiliki arah yang
bergantung terhadap kecepatan pengamat.Einstein dalam melakukan percobaannya
menggunakan 2 asumsi (postulat) yaitu tentang asas relativitas dan kecepatan
cahaya yang menurut Einstein kedua postulat itu perlu dan penting.Selain itu
kedua asumsi tersebut ternyata mempunyai akibat pada percobaannya, akibatnya
yaitu pemuluran waktu dalam ruang dan penyusutan pandang pada obyek yang
diukur.
B. Saran
B. Saran
Diharapkan dengan
adanya makalah ini, dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai konsep
ruang-waktu, relativitas, serta konsep alam semesta. Dengan memahami konsep
relativitas khusus ini sekiranya dapat menambah keyakinan kita pada Sang
Pencipta akan adanya jagat raya yang diciptakan-Nya sedemikian rupa.
DAFTAR PUSTAKA
http//www.google.com
Purwanto, Budi. 2015. Fisika 13 Untuk Kelas XII IPA&MA.Jakarta: Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2004. Fisika Untuk SMA Kelas XII Semester 2 3B. Cimahi: Erlangga.
Umar, Efrizon. 2007. Fisika dan Kecakapan Hidup Untuk SMA Kelas XII.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar